Mohon tunggu...
tyankusumastuti
tyankusumastuti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah mahasiswa dengan jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar di Universitas Negeri Malang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Dampak Cyberbullying Pada Remaja Di Media Sosial

26 Desember 2024   22:38 Diperbarui: 26 Desember 2024   22:38 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Media sosial adalah cara untuk berinteraksi dengan orang lain melalui teknologi berbasis website yang mengubah komunikasi menjadi diskusi interaktif yang mudah diakses. Dengan bantuan teknologi multimedia yang semakin canggih, dapat digunakan untuk menciptakan, berbagi, dan berpartisipasi dalam konten. Cara pandang, gaya hidup, dan budaya manusia dipengaruhi oleh media sosial, yang memungkinkan penyebaran informasi yang cepat dan mudah. Selain itu, media sosial menawarkan kesempatan kepada manusia untuk berdialog satu sama lain dan meningkatkan kemampuan mental dan kognitif mereka untuk berinteraksi dengan dunia nyata. Namun, tidak diragukan lagi bahwa pesan yang ditayangkan melalui media elektronik dapat mengarahkan khalayak ke perilaku prososial atau antisosial (Pandie & Weismann, 2016). Seiring dengan kemajuan dan perkembangan teknologi informasi tersebut, remaja cenderung menghabiskan waktu lebih banyak di dunia maya.

Masa remaja awal didefinisikan sebagai periode peralihan dari masa kanak-kanak ke masa remaja. Masa remaja biasanya disebut sebagai masa ketika seseorang individu belajar mengenali diri mereka sendiri melalui eksplorasi dan penilaian karakteristik psikologis diri sendiri dalam upaya untuk diterima di lingkungannya. Sebagian remaja mampu melewati masa peralihan ini dengan baik, namun beberapa remaja bisa jadi mengalami kenakalan remaja mulai dari kenakalan ringan hingga kriminal, termasuk di dalamnya kenakalan-kenakalan berbentuk cyberbullying (Malihah, 2018)

Di Indonesia, jumlah remaja yang menjadi korban cyberbullying dilaporkan sebesar 80% dan hampir setiap harinya remaja mengalami cyberbullying (Safara, 2016). Menurut laporan United Nations Children’s Fun (UNICEF) pada tahun 2016, korban cyberbullying di Indonesia mencapai 41-50% (Harususilo, 2018).

Selain itu, menurut Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), siswa di sekolah rentan menjadi korban pelecehan online. KPAI melaporkan 3.096 kasus cyberbullying terjadi per tanggal 3 September 2018 pukul 18.00 WIB; dari jumlah tersebut, 83 remaja laki-laki dan 51 remaja perempuan terungkap sebagai korban cyberbullying di media sosial (KPAI, 2018; Subagja & Pradana, 2018).

Pornografi, kecanduan internet, kekerasan dan gore (kekejaman dan kesadisan), penipuan, carding, dan cyberbullying adalah beberapa efek negatif internet (Ritonga & Andhika, 2012). Cyberbullying sama seperti fenomena gunung es, dimana sedikit kasus yang terlihat di publik tetapi kemungkinan banyak kasus yang terjadi di luar sana. Korban cyberbullying biasanya memiliki masalah sebelumnya dengan pelaku, seperti jika pelaku memiliki perasaan iri, dendam, atau kebencian kepada korban, atau mungkin pelaku hanya melakukan cyberbullying untuk bercandaan (Rahayu, 2012).

Cyberbullying adalah masalah besar yang dapat berdampak pada remaja dengan beragam. Menurut Prityatna (2010) remaja yang terkena cyberbullying dilaporkan mengalami perasaan marah, sakit, malu, dan takut. Dari emosi-emosi tersebut korban dapat bereaksi seperti membalas dendam pada pelakunya, menjauh dari pergaulan dan aktivitas yang biasa mereka lakukan sebelumnya, atau "berubah" menjadi sama-sama suka melakukan cyberbullying.

Menurut Navarro, Yubero, dan Larranaga (2016), akibat cyberbullying meliputi: 1) Fisik: remaja mengalami sakit kepala, sakit perut, gangguan tidur, kelelahan, sakit punggung, kehilangan nafsu makan, dan masalah pencernaan. 2) Psikologis dan Emosional: remaja mengalami perasaan takut, perasaan teror, kecemasan, kesedihan, stres, dan gejala depresi. 3) Akademik: korban menjadi kurang termotivasi untuk pergi ke sekolah dan menurunnya konsentrasi belajar serta nilai akademik mereka. 4) Psikososial: remaja memiliki perasaan isolasi dan kesendirian, pengucilan dan bahkan penolakan sosial. Dampak negatif dari perilaku cyberbullying dapat mempengaruhi segala aspek kehidupan (psikologis, fisik, dan sosial), yang akan terus mempengaruhi perkembangan seseorang. Karena itu, sangat penting bagi perawat untuk menghindari dan menangani tindakan bullying. Hal ini terkait dengan peran dan fungsi perawat dalam upaya pelayanan kesehatan utama (Primary Health Care), yang berfokus pada upaya promotif dan preventif terkait pengetahuan dan cara mengendalikan perilaku bullying serta mencegah efeknya pada kesehatan (Stuart, 2016).

METODOLOGI

Metode yang diguanakan dalam penulisan ini merupakan studi literatur review. Literature review dipilih untuk meninjau secara menyeluruh berbagai literatur dan penelitian sebelumnya terkait topik cyberbullying di kalangan remaja di era digital. Data studi dikumpulkan dari berbagai sumber, termasuk jurnal ilmiah, laporan penelitian, buku teks, dan sumber online lainnya yang relevan dengan topik penelitian. Metode pengumpulan data dilakukan dengan mencari dan mengumpulkan literatur yang relevan dengan topik penelitian, kemudian melakukan analisis mendalam terhadap konten literatur tersebut.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Fenomena Cyberbullying Di Kalangan Remaja

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun