Dalam salah satu sabun mandi yang saya pakai bahkan tertulis jelas Palm (Elaeis Guineensis) Oil alias minyak kelapa sawit dalam komposisinya. Bukan hanya Palm Oil, di sana juga tertera kandungan sawit lainnya seperti Palm Acid dan Palm Kernel Oil.
Sedangkan di pasta gigi dan sampo yang saya miliki, masing-masing tertulis kandungan Sodium Lauryl Sulfate (SLS) dan Sodium Laureth Sulfate (SLES) yang merupakan senyawa turunan dari SLS.
Minyak goreng adalah salah satu produk turunan minyak sawit yang pemanfaatannya sangat luas. Kalau tidak percaya, coba cek minyak goreng di rumahmu, apakah tertulis kandungan sawit di sana? Jika tidak, kamu mungkin perlu mengeceknya di Google, karena beberapa produk hanya menampilkan kandungan gizi, tanpa komposisi.
Beberapa logo atau gambar dalam kemasan minyak goreng bahkan menggunakan ilustrasi pohon sawit. Hal ini seolah menegaskan bahwa asal-usul minyak goreng memang dari kelapa sawit.
Jadi, tidak salah ya jika penggunaan sawit memang sangat luas.
Sawit, Dibutuhkan atau Disayangkan?
Mengetahui kegunaan sawit yang begitu banyak dalam kehidupan sehari-hari, membuat saya berpikir bahwa kita sebenarnya mempunyai andil dalam menyokong tingginya permintaan sawit.
Hingga kini, sawit masih menjadi minyak nabati dengan harga murah dan memiliki segudang manfaat. Tak hanya di industri makanan dan kecantikan, sawit bahkan dimanfaatkan sebagai bahan baku biodiesel, pelumas mesin, pelapis besi dan baja, hingga pembuatan cat.
Dari hasil ekspor, sawit telah mempercepat laju pertumbuhan Indonesia, meningkatkan pendapatan daerah, membangun sebuah kota, serta membuka lapangan pekerjaan.