Satu menit, dua menit berlalu, gadis di hadapanmu tak kunjung menerima ataupun menjawab pertanyaanmu. Wajahnya masih tampak takut, sedangkan kau berusaha keras untuk tetap tersenyum.
Hujan reda. Seseorang dikejauhan tampak mendekati pohon kecapi—tempat dimana kau dan dia tengah menepi. Namun bukan menghampirimu, orang itu justru menghampirinya—gadis pujaanmu yang masih tak kau ketahui namanya.
Ia seorang pria, dengan tubuh kekar dan rambut lebat seperti bintang iklan shampo anti-dandruff. Jalannya tegak dan hidungnya bagai perosotan di taman kanak-kanak. Tanpa seizinmu, ia mengambil gadis pujaanmu dan merengkuhnya supaya muat beratap dalam satu payung.
Banyak hal dalam hidup ini yang luput dari pandanganmu. Semisal, mengapa kau tak kunjung mengetahui nama gadis pujaanmu, mengapa kau selalu gemetar bila ingin menyapanya, dan mengapa ia tak pernah tersenyum ketika kau berpapasan dengannya.
Alasannya ternyata sederhana, yaitu supaya hatimu tak terlalu hancur ketika mengetahui bahwa ia telah memiliki seorang kekasih yang sempurna. Supaya kau tak terlalu berat untuk melupakannya. Supaya senyummu masih bertengger di tempatnya, ketika hujan berhenti dan pelangi muncul dengan tujuh warna.
“Err, rr, hai…” ucap seseorang dengan gemetar.
Banyak hal dalam hidup ini yang luput dari pandanganmu, termasuk kasir cantik yang diam-diam tersenyum ketika kau membeli selusin sampo anti-dandruff.
TS, 20 Juni 2017.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H