Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[Fikber] Bulan Mati di Hati Rheinara

14 November 2015   10:40 Diperbarui: 14 November 2015   11:22 504
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

“Gie, aku telah belajar merayu hatiku agar tak lagi berdarah. Aku telah berjuang merawatnya dengan kebaikan. Aku telah mencoba menjaganya untuk tetap melewati bulan mati sendiri tanpa kehilangan harapan. Aku telah berusaha belajar meruwat kekosonganku.”

“Omong kosong! Kau telah merelakan Ran mencium bibirmu.” tiba-tiba Gie memotong dengan ketus.

“Ran tidak pernah mencium bibirku, ia mencium kekosongan, ia mencium kesepian. Ia mencium bulan mati yang telah tanpa rapal harapan.”

“Untuk apa kau ke sini Gie jika bukan untuk kembali?,” tanyaku lagi.

“Ran datang padaku dan menceritakan semua. Aku datang untuk menyampaikan perpisahan. Aku memghilang untuk melihat sejauhmana kau sungguh telah memberi kebaikan pada hatimu. Mungkinkah kebaikan itu terus kau pelihara tanpa harus ada aku yang penuh omelan? Ternyata tidak. Kau telah memberi ruang di hatimu untuk Ran. Kau tahu kan, dalam kesulitan yang sendiri seperti apa pun, aku tidak menyukai pengkhianatan!”

Kami bertiga kembali terdiam.

Aku menarik nafas panjang. Semua ini harus ku selesaikan.

“Kau Ran, pergilah. Kau telah salah memaknai kekosonganku. Aku pun salah menghadapi kesunyianku karena Gie yang menghilang. Kita tidak bisa memulai berbagi hati dari perjumpaan yang salah seperti ini. Kau seperti seseorang yang berusaha memanfaatkan kekosongan hati dan aku tidak lebih dari seseorang yang melarikan diri dari ketidakmampuan menghadapi bulan mati seorang diri.”

Ran terdiam. Ia masih berdiri mematung, menatap kosong.

“Pergilah Ran.”

“Dan kau Gie. Kau pikir dengan menghilang itu bisa melatih kesetiaanku?”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun