Kucing dan Hujan yang Tiba-tiba Tergenang di Mata
Dia baru saja keluar dari dalam got yang gelap sekali. Tubuhnya bau, matanya merah dan nanar. Bahkan seekor tikus pun tidak sudi ada di sana. Seorang diri, dia telah melewatkan berhari-hari di dalam got itu.
Di sebuah pojok yang mulai sepi, beberapa pejantan muda sedang duduk. Sudah berhari-hari mereka nongkrong di sana, seperti bersiaga. Tiba-tiba salah satunya berteriak.
"Heii, itu dia!"
Semua berdiri lalu menengok ke arah yang ditunjuk.
"Kejaaaar. Tangkaaap!"
Dia terlalu lelah, dan memilih berdiam saja. Sudah tak mungkin lagi bersembunyi seperti kemarin. Tidak ada yang akan membelanya, ia hanya seorang betina yang terlanjur difitnah memakan anaknya sendiri.
Hujan tiba-tiba tergenang di matanya yang nanar.
Desi dan Rahasianya
Desi bilang ke aku, "Biarlah ini menjadi rahasia kita saja. Selamanya."
"Ini hanya sebuah resep membuat mi kuah dengan kari kental dan toping udang yang segar."
Desi tidak bicara, itu artinya ia tidak ingin dibantah lagi. Jika dia sudah bersikap demikian, maka tidak ada yang bisa memaksanya untuk mundur.Â
"Aku ingin menjamu seseorang di pabrik, Nir."
Siapa? Desi hanya tersenyum, misterius.
Keesokan siang, aku mencari-cari dan tak menemukan Desi. Kata Imas, dia sudah berangkat sejak subuh ke pabrik.
"Bukankah hari ini dia mengambil cuti?" tanyaku.Â
Imas bilang ia tak tahu, Desi hanya berpesan kalau aku mencarinya bilang saja seperti itu.
Seingatku, Desi sudah lama ingin pergi dari pabrik sepatu itu. Tapi, ia masih harus membiayai hidup ibunya yang lumpuh, dua adik perempuannya, dan seorang bocah 5 tahun.
Tiba-tiba ada suara ban berdecit di halaman berpasir. Dua orang pria dengan seragam Satuan Pengaman berlari ke dalam rumah petak. Wajah mereka tegang.
"Dapur di sebelah mana?"
Aku masih terpana, hanya bisa menunjuk dengan mata. Terus saja ke belakang. Tak lama, mereka kembali membawa bungkusan plastik bening dengan kuah kuning yang kental. Masih tegang.
"Ada apa Pak?"
"Pak Sin barusan muntah-muntah dan tak sadarkan diri. Sekarat di ICU."
Apa hubungannya dengan bungkusan plastik?
"Dia keracunan, mungkin sianida."
Senja yang Jatuh di antara Batu Karang
Suatu ketika, ia berdoa bahwa di suatu masa ketika ia tidak punya apa-apa lagi, ia hanya ingin berbicara kepada senja yang jatuh di antara karang di mana di pesisirnya, ayahnya pernah membuat sebuah rumah sederhana dan menambatkan perahu.
Tapi kota ini terlalu serakah. Kota yang membuang bebatuan kasar dan besar ke karang-karang hingga tak menyisakan sedikitpun. Di hari itu, ayahnya memilih untuk melawan dan ditembak persis di depan ibunya, yang seminggu kemudian ikutan mati.
Tadi malam ayahnya datang ke mimpinya. "Aku pinjam matamu untuk melihat ibu."
Esok harinya, ia bangun dengan mata yang gelap.
Cinta Dua Kecoak yang Terjebak di Dalam Selokan
Di sebuah kampung yang lembab sepanjang musim, dua sejoli terpaksa harus melarikan diri. Seluruh warga di situ tidak pernah menyetujui rencana mereka untuk menikah.
"Pernikahan ini akan menjadi malapetaka. Kita tidak pernah merestui pernikahan semacam ini."
Akan tetapi mereka bersikeras. "Hanya maut yang memisahkan kita," bisik salah satunya.Â
Maka di sebuah subuh yang deras dengan hujan dan gelegar petir, mereka memberanikan diri kabur.
Menyeberangi jalanan yang mulai tergenang hingga tiba di sebuah selokan yang sangat deras. Salah satu dari mereka terperosok, hilang dibawa arus melewati selokan yang gelap.Â
Dia berteriak ketakutan tapi suara gelombang yang membawa sampah plastik terlalu keras.
Salah satunya menjerit, tapi di subuh begini, siapa yang mendengar teriakan minta tolong. Jadi, ia berpikir untuk kembali ke kampungnya. Dia harus menyeberangi lagi jalanan yang makin penuh dengan air.
Tapi, terlambat. Seekor bebek melintas dan mematuk dirinya hingga remuk. Hanya maut.
Apakah Kamu Akan Bertahan Sesudah Mengetahui Ini?
Bahwa dalam hidup yang normal saja--setidaknya tampak normal--selalu saja ada masalah. Lalu kau mengajak untuk menciptakan abnormalitas hanya karena ingin memvalidasi apa yang ada di pikiranmu sebagai keinginan terlarangmu, yang sedemikian lama terpendam itu?
Kau mungkin cukup tabah memendam itu semua. Tapi tidak semua orang peduli dengan ketabahan semacam itu.
Ibu Negara
"Seseorang harus dipilih sebagai ibu negara."
"Tanpa cinta?"
"Ini lebih besar dari cinta, dari keluarga yang utuh."
"Apa yang lebih besar dari cinta?"
"Negara. Kedaulatan. Kepatuhan."
"Ketakutan, maksudmu?"
Dor!
"Kamu terlalu banyak membantah."
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H