Ini tentang kitab puisi kesekian yang ditulis Jokpin dan dikoleksi oleh saya. Bukunya tipis saja, dikasih judul Salah Piknik, penerbitnya Gramedia Pustaka Utama tahun 2021.Â
Saya menemukan kitab ini secara tidak sengaja, di Toga Mas, Supratman. Pada suatu siang, ketika perasaan saya tengah bercampur.Â
Saya kangen pada dawet di depan toko buku itu tapi masih sedikit bersedih karena Jokpin belum lama wafat.
Sembari menunggu kitab Salah Piknik disampul plastik, saya meneguk es dawet pelan-pelan. Apa kabar Jokpin? Sudahkah kau berjumpa Sapardi dan Gus Dur, apa yang kalian bicarakan? Indonesia yang kesepian?
Salah Piknik adalah kumpulan puisi pendek yang ditulis semasa pagebluk Covid-19, totalnya sekitar 40 puisi.Â
Sesudah sampulnya, kita dipertemukan tandatangan dengan sebuah pesan. Selamat membaca, semoga terhibur. Salam sehat dan bahagia. Jokpin.Â
Saya cepat-cepat pulang. Hanya ingin menyelami kitab yang sampulnya bergambar botol dengan seorang pria berbaju hitam di dalamnya. Pria itu mengangkat lima jarinya, seperti menyapa, "Hai, aku di sini."
Apakah saya terhibur seperti yang diharapkan sang penyair yang wafat di usia 61 tahun ini?
Tentu saja, tapi kitab puisi Jokpin bukanlah hiburan saja. Atau lebih persisnya, bukan hiburan yang sembarangan. Bagi saya, puisi-puisi Jokpin adalah kemewahan terutama ketika kita hanya ingin berbicara dengan diri sendiri.Â
Di Salah Piknik, Jokpin masih suka membicarakan peristiwa harian, orang-orang kecil, senja, benda-benda yang akrab seperti kursi, meja, kamera hingga bulan dan kolam.Â