Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Book Artikel Utama

"Meniti Jalan Berduri: Mengenang George Junus Aditjondro", dan Tiga Perjumpaan

27 November 2023   12:11 Diperbarui: 29 November 2023   01:46 502
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buku Meniti Jalan Berduri: Mengenang George Junus Aditjondro | Dok: S Aji

***

George Junus Aditjondro saat bekerja di Majalah Tempo (1982) | Dok. TEMPO/Ed Zoelverdi 
George Junus Aditjondro saat bekerja di Majalah Tempo (1982) | Dok. TEMPO/Ed Zoelverdi 

Perjumpaan Pertama dengan GJA. Di antara jalan raya Tondano dan Tomohon, udara malam itu terasa gigil sekali. 

Rombongan kami yang berjumlah sekitar enam orang akhirnya memutuskan singgah di salah satu rumah makan sederhana yang menjual makanan khas Minahasa. Jarak ke Manado masih sekitar 30-an kilometer lagi dan kebanyakan dari kami merasa lapar, termasuk tamu yang sangat penting malam itu, Pak George Junus Aditjondro (GJA).

Pak George tengah berada di Sulawesi Utara karena undangan dari kawan-kawan aktivis pemuda di Minahasa. Di samping itu, beliau juga menyediakan diri mengisi diskusi di beberapa tempat. Untuk yang satu ini--berdiskusi dengan kawan-kawan mahasiswa--beliau selalu memiliki energi yang lebih.

Di rumah makan itu, kami duduk dengan posisi berhadapan. Saya berhadapan dengan Pak George, sambil menahan gigil. Saya hanya menggunakan kaos tipis, celana panjang, dan masih merokok. 

"Aji, kamu kayaknya sudah tidak bisa masuk angin, ya?"

Tiba-tiba Pak George bertanya begitu. Saya sempat bingung. Sejujurnya, saya juga sangat lapar. Perut terasa kosong, bukankah itu lebih mudah "masuk angin"? Tapi, saya terkekeh. Saya sudah menduga jawabnya.

"Kamu tahu kenapa?"

"Hehehe. Iya, Pak. Saya sudah terlalu kurus, hanya tersisa tulang. Angin sudah tidak memiliki tempat untuk masuk."

Pak George tertawa. Lalu berkata, "Kamu pakai saja rompi ini." Katanya sambil membuka rompi yang miliknya. Badan Pak George saat itu sudah cukup tambun dengan bawuk tipis yang memenuhi dua rahangnya. Gaya beliau memang Bohemian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun