Dimulai pergerakan cepat Alvarez dengan body balance yang baik itu menstimulasi kekacauan kecil dan berujung penalti. Messi tentu saja tahu dia tidak boleh lagi gagal karena bisa seketika menjadi antiklimaks. Di momen ini, kematangan mental seorang kapten tim adalah segalanya.Â
Disusul satu skema counter attack yang dilakoni Alvarez. Lagi-lagi membuat bek gaek Dejan Lovren keteteran. Dan, sisanya yang menghalau laju penyerang muda Man City itu keteteran. Kroasia masih tetap kalem, enggan terburu-buru.Â
Kesulitannya, sejak drama melelahkan versus Belanda, Argentina tidak lagi mengulang kesalahan yang simetris.Â
Paruh kedua, reaksi cepat yang dilakukan Zlatko Dalic adalah mengambilalih kendali serangan. Tiga nama yang dimasukan di menit ke 46, yaitu Mislav Orsic, Nikola Vlasic dan di susul Bruno Petkovic (50). Semuanya berwatak menyerang.Â
Scaloni merespon perubahan ini menarik Paredes, memasukan Lisandro Martinez.
Kroasia masih tidak menciptakan satupun ancaman berarti. Sepanjang laga, mereka hanya bisa bikin 2 shots on target dari 12 kali percobaan. Sayang, petaka yang mengakhiri semua usaha membalikkan keadaan akhirnya datang di menit 69.Â
Petaka gol ketiga yang menunjukan kepada semua orang
pemuja Ronaldodi muka bumi bahwa Messi adalah satu-satunya sentralisme tanpa banding di turnamen ini.
Gol dari duel satu lawan satu dengan Josko Gvardiol adalah salah satu pertunjukan yang akan terus dikenang dari edisi Qatar 2022.Â
Ingatlah bahwa Josko Gvardiol baru berusia 20 tahun, namun sangat tenang, kokoh dan disebut-sebut tengah diincar klub-klub raksana Eropa. Anak muda ini terlihat tanpa daya menghentikan Messi(ah) yang tetap lincah, tetap menolak mundur.Â
Kemenangan duel yang disempurnakan Alvarez. Positioning-nya yang tepat berhasil mengeksekusi. Skor kini 3:0. Ambisi melakukan revans dipenuhi, dan Messi terus membuat rekor baru. Gol ketiga seperti ini adalah "pembunuh permainan".
Tapi masih tersisa 20-an menit, sementara sepakbola adalah seni melawan ketidakmungkinan (attacking the impossible)Â bukan?