Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Fleksibilitas Skema Ganda dalam Satu Argentina

14 Desember 2022   06:59 Diperbarui: 14 Desember 2022   08:55 1746
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Argentina memenangkan laga semifinal  Piala Dunia Qatar Vs. Kroasia dengan meyakinkan| FotoL AFP/ADRIAN DENNIS via Kompas.com

Yang saya maksudkan adalah drama pembalikan skor yang sukses dilakukan taktik Van Gaal hingga memaksakan adu penalti adalah pengungkapan terhadap penyakit laten Albiceleste. 

Argentina di fase segenting Belanda masih saja berjibaku dengan mentalitas yang sama. Gagal mengelola keunggulan. 

Maka ketika bersua Kroasia, pertanyaan yang segera mengemuka adalah apakah tim ini tetap mampu menciptakan gol namun berujung adu penalti lagi. Dan itu sama mengatakan antiklimaks atau dalam bahasa yang sederhana, menggugurkan tesis-tesis saya (yang "realistis") sejauh ini?

MEMBACA PERMAINAN. Meladeni Kroasia, kesalahan menghadapi Belanda tidak lagi tercipta. Kroasia memiliki poros Modric+Kovacic yang sangat dinamis di tengah. Tapi juga serangan di sisi sayap masihlah senjata yang efektif. 

Sebab itu, Argentina lebih baik jangan dominan, apalagi gagal solid bertahan. Scaloni tentu saja lebih paham dari kita semua dalam perkara ini.

Fakta tidak menjadi dominan melawan Kroasia dibuktikan dari rangkuman statistik post-macth. Messi, dkk hanya menciptakan penguasaan bola sebesar 39%. Opsi ini tidak kita temukan ketika mereka melawan Saudi, Polandia, dan Australia. Di tiga laga ini, Argentina menguasai bola hingga 70 persen. Memang sedikit berbeda kala melawan Mexio dan Belanda, dimana ball possession-nya relatif fifty-fifty. 

Terus apa yang bergeser saat ditantang Kroasia? 

Kita disajikan Argentina yang semakin efektif dan jauh lebih solid. Argentina yang terampil meniru "Italia".

Scaloni memilih memasang Paredes sejak awal sebagai jangkar, menemani Fernandez, De Paul dan Mac Allister. De Paul juga tidak se-mobile biasanya. Fernandez yang biasanya menjadi "kontroler" terlihat tidak menonjol.

Maka yang segera terlihat adalah pertarungan memenangkan lini tengah. Selain itu, Argentina menguji efektivitas dengan model serangan yang cenderung direct; sangat jarang dari dua sisi sayap. 

Satu lagi determinan yang harus diberi hormat adalah makin ngerinya kombinasi Messi dan Alvarez; duet yang baru ditemukan paska-Saudi. Tiga gol kali ini adalah buah dari kerja keduanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun