Maka minumlah beliau barang secangkir. "Jangan banyak-banyak," bisik si ibu. Sambil tersenyum genit mengenang suaminya sendiri.Â
Si bapak juga tak pernah tahu jika pertemuan kopi dengan senyawa kimia dalam obat bisa memicu gejala tertentu yang lebih fatal. Seperti si ibu, yang mungkin hanya meneruskan dongeng dari penyuplai kopinya. Yang sama menyatukan pikiran mereka adalah ada orang pintar yang menemukan kopi murah dan ajaib!
Masalahnya tidak berhenti di sini, tentu. Yap, cerita kopi ajaib itu terus meluas dan menciptakan kantung konsumennya. Hingga ke dusun-dusun yang jauh. Ke pondok-pondok sepi di tengah pematang sawah.
Tegas kata: Kesintingan yang mengkombinasikan senyawa kimia ke dalam bubuk kopi telah memenangkan perburuan untung itu. Dengan sangat jitu memasukan produknya ke tengah-tengah jejaring ketidaktahuan dan kemiskinan.Â
Penemuan BPOM patut diapresiasi. Bukan karena dalih melambangkan negara hadir sebab memang sudah begitu mandat konstitusinya. Tapi, mungkin yang semestinya diperhatikan, kesintingan-kesintingan seperti ini selalu mudah mereproduksi dirinya.Â
Sejauh memudahkan jalan (efektif dan efisien) dalam mencapai tujuan, ia akan dipilih. Tidak bakal ambil pusing perkara nilai-nilai apalagi daftar korban-korban.Â
Dus, apa bedanya kesintingan seperti ini dengan para maniak perang? Hihihi.
Karena klaim kedaulatan dari para pemimpin politik itu? Nasionalisme yang menolak tunduk? Bahwa dunia baru yang lebih adil dan setara harus ditata ulang?Â
Bahwa perang ini adalah keniscayaan diambil untuk menegaskan posisi super-power yang tak disetir satu blok dalam lansekap geopolitik yang menyertai dunia paska-pandemi?
Atau membela sesuatu yang lebih tersembunyi, dingin dan keji, namun menjadi energi yang hidup di dalam seluruh pergulatan diri? Seperti ego yang selalu menemukan kepuasan dari penaklukan, penghancuran dan kepatuhan massa atas dirinya?
Ego dekaden yang terpantul dari kata-kata Erich Hartman. Seorang Jerman, salah satu pilot tempur di perang dunia ke-II yang disebut-sebut tersukses sepanjang sejarah.
Perang adalah tempat di mana yang muda saling membunuh tanpa mengenal atau membenci satu sama lain, karena keputusan orang tua yang saling mengenal dan membenci, tanpa saling membunuh.