Persoalannya bukan saya berhasil atau tidak, sebab Joko Pinurbo sekurangnya membutuhkan tiga dasawarsa demi menemukan identitas puisinya yang khas.Â
Tiga dasawarsa belajar dari para raksasa, seperti Amir Hamzah, Chairil Anwar, Sapardi Djoko Damono, hingga Goenawan Mohamad, misalnya. Berhasil atau tidak adalah ambisi yang terlalu tinggi bagi saya.
Yang penting sekarang dan di sini bagi saya adalah masih boleh menikmati puisi di musim yang absurd ini. Tabik!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!