Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

"Mengapa Luka Tidak Memaafkan Pisau" dalam Penghayatan Saya

12 Januari 2021   11:44 Diperbarui: 13 Januari 2021   02:00 2011
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mengapa Luka Tidak Memaafkan Pisau | dokumentasi pribadi

Saya menyukai puisi ini karena ia merangkum dua dunia dari apa yang bisa dilihat orang lain terhadap hidup penyairnya. Dunia di luar sana, yang dijejali publik, khalayak atau media massa, yang menjuduli sang tokoh sebagai penyair. 

Status kepenyairannya (yang menjadi alasan seseorang dikenang publik) terlihat seperti pengakuan sekaligus perampasaan terhadap keberadaan seorang Aan.

Seorang Aan dengan dunia keduanya, wilayah domestik atau privat. Seseorang dengan justru tak mampu mengatakan dirinya dengan baik. 

Mungkin juga seseorang yang menyembunyikan dirinya. Seperti bahasa ayah yang menutupi kebohongan di depan anak-anaknya setiap waktu. Puncaknya, mengatakan mencintaimu kepada sang istri malah terdengar sebagai permohonan maaf yang menyedihkan. 

Pengakuan melukiskan ironi yang menyandera hidup seorang penyair. Romantisme dalam puisi-puisi yang tampil di mata publik lebih tampak sebagai ruang bagi pengisian kekosongan dari hidup di dalam rumah/privat yang jauh dari romantisme itu. 

Ketegangan diri yang melelahkan dan terlebih lagi bukan dunia yang dikehendaki sang istri--sebagai orang yang dicintai si penyair. Itulah mengapa mengatakan cinta menjadi seperti mengulang-ulang permintaan maaf. Sedih dan sesak.

DARAS & SAHDA MENANGIS
ATAU MEREKA SEDANG LAPAR

atau alangkah malang
hidup orang dewasa-

pikiran & tubuh mereka
sepasang kekasih yang selalu
bekerja dan berlibur
di dua tempat berbeda.

Mari menyelami puisi pendek ini dari perspektif atau dunia orang dewasa. Atau mengalami masa anak-anak adalah semesta yang jujur, langsung walaupun bergantung. 

Tidakkah kehidupan yang dewasa dan berjuang mandiri adalah pemisahan terus menerus antara kamu dan dirimu sendiri? Ini bukan lagi sebatas pengulangan kebohongan yang mungkin dilakukan setiap hari. Ini mungkin telah mencapai batas dimana kamu sedang terasing dari dirimu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun