Kau berada dalam kehampaan sebab kerinduan yang sangat, kemudian nelangsa merenggut hidupmu. Dalam kejatuhan yang berbahaya ini, keinginan (untuk bersama) itu tak pernah bisa terwujud. Celakanya, hatimu cuma bisa di situ. Tak mungkin bisa kemana-mana. Bagaimana kau bisa melewati situasi yang "mengerikan" ini?
Dalam percakapannya di acara Rosi (Kompas TV/ 22 November 2019), Katon telah mengatakan jika konteks sosial di balik lagu ini adalah cinta yang tak berbalas. Terlanjur dipenuhi rasa suka namun ditolak. Pendek kata, Tak Bisa ke Lain Hati berangkat dari psikologi seorang kalah.
Sebagai penikmat, saya kira kita bisa sepakat jika Tak Bisa ke Lain Hati adalah puisi patah hati yang dalam. Kata-kata yang menata liriknya begitu efektif menghadirkan perasaan sakit, menderita, lara dan jalan buntu yang mengenaskan. Sesudah semua siksa batin ini, kamu masih harus: Mengingatmu, mengenangmu. Menggapai paras wajahmu sendiri. Duh, Marimar.
Begitulah sedikit yang bisa dikenang dari perjumpaan saya dengan musik KLa Project, salah satu yang terbaik dari warisan musik 90s. Jenis musik yang membuat saya mengalami perayaan patah hati nan puitik sesudah petualangan selera kedalam D'lloyd, Koes Plus, Panbers dan Black Brothers.Â
Di lagu-lagu Katon, Lilo dan Adi, patah hati adalah perjalanan penderitaan yang indah lagi gagah.
Pertemuan dengan KLa semakin merawat sistem campur sari selera dalam diri tanpa menjadi seorang Klanis. Terima kasih 90-an!***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H