Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Musik KLa Project dan Perayaan Patah Hati

9 Januari 2021   09:31 Diperbarui: 9 Januari 2021   09:33 1368
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
KLa Project | Sumber: sindonews.com

Sejak kau pergi, berlari dan menangis...Meski tlah jauh kaucoba tuk sembunyi..

Pertemuan saya dengan musik 90s hanyalah bagian dari pewarisan yang tidak diniatkan. Kakak sepupu saya seorang pekerja di sebuah perusahaan farmasi yang sering berpindah-pindah kota. Jika sedang di Jayapura, dia sering bersedia menemani duduk di tribun. Menikmati Persipura bermain di Mandala dengan kaca mata hitam. Di balik kaca hitam itu, dia kebanyakan tertidur ketimbang mengalami ketegangan.   

Pada suatu waktu, di kamar kostnya yang kecil namun selalu bersih, sambil menyetrika cucian kering, dia memutar musik dari radio tape. Musik yang lembut dan romantis. Musik yang membuat saya dengan telinga yang dipelihara oleh musik-musik Panbers, D'lloyd Koes Plus, Black Brothers atau sedikit kebaratan (biar dicurigai remaja gaul) dengan White Lion, Scorpion, dkk-nya seperti mengalami kejutan selera. 

Ini musik apa lagi? Saya tak punya banyak referensi. Preferensi musik 90s saya terlanjur dikuasai oleh romantika yang langsung, minim simbolisasi. Barisan liriknya langsung menunjuk pada penyebab patah hati atau sebaliknya. Misalnya seperti dalam Aiga yang dinyanyikan suara berat Om Syamsuar Hasyim, vokalis D'lloyd. Aiga adalah lagu yang diteruskan Mama kepada saya. 

Betapa sedih hatiku
Mengenang nasib diriku
Tiada tempat mengadu
Cintaku dekat selalu 

Lirik Aiga memelihara rima dan menunjuk langsung ke persoalan. Sejak tak punya tempat mengadu, nasibku sedih melulu sedang cintaku tak pernah kemana-mana. Bagaimana aku terlepas dari penderitaan seperti ini, Aiga? Aiga, apakah engkau sebuah nama atau serupa kondisi mental? 

Sama halnya ketika mendengarkan Cinta dan Permata-nya grup Panbers. Lagu yang berkisah pengkhianatan karena alasan-alasan material ini berkisah:

Kusadar cinta tak selamanya bersatu
Bagai bayang-bayang dengan badanku
Mengarungi samud'ra cinta bukannya hal yang biasa
tak semudah mengucapkan janji
 

Panbers sudah memasuki kesedihan yang direpresentasikan kedalam simbol. Perjalanan cinta manusia tidak serupa tubuh dengan bayang-bayangnya. Perjalanan cinta adalah perjalanan menyusuri samudera. Sebagai keturunan dari nenek moyang seorang pelaut, kamu mestinya paham betapa sulitnya bertahan di tengah samudera bukan?

Tanpa bermaksud membuat sejenis studi perbandingan atas lirik lagu, aransemen musik dan konteks yang melahirkan D'lloyd dan Panbers-sebab mereka selamanya adalah legenda yang mewakili fase tertentu dalam sejarah musik Indonesia. Apalagi nekad memberi predikat musik yang mana yang lebih mewakili pencapaian estetik tertentu. Saya sekadar mau bilang jika musik yang menciptakan efek kejut itu adalah milik Katon, Lilo dan Adi.

Kebanyakan telinga mungkin akan menyebut Yogyakarta sebagai yang terbaik dari KLa. Bahkan, cuma KLa saja yang bisa menyanyikan lagu itu dengan pantas. Ketika dinyanyikan Ungu, misalnya, lagu yang meraup tiga penghargaan BASF Award di tahun 1991 ini kehilangan marwahnya.

Tapi Yogya hanyalah salah satu saja. Sebab ini masih Januari yang basah, saya hanya ingin mengenang tiga lagu yang daya puitiknya menjadi alasan mengapa dia boleh memberi dimensi lain dari pengalaman mendengarkan musik. 

Pertama, Meski Tlah Jauh.


Meski Tlah Jauh dihidupi dari pembukaan lirik yang seketika mengikat suasana kedalam kondisi ketakberdayaan dan penantian. 

Kadang angan
Terbang jauh ke awan
Rasa rindu kian menawan
Dingin dan kelam
Remukkanku di dalam
 

Bayangkan saja kamu dipenjara kerinduan, dingin dan kelam. Pelan dan pasti dimakan remuk. Sementara kamu tak bisa pergi dari angan-angan. Ada kisah kasih yang megah di sana dan rasa bersalah. Situasi batin yang ditegaskan di baris berikutnya:

Kadang murung
Meluap tak terbendung
Rasa sesal semakin mengurung
Sejak kau pergi
Berlari dan menangis
 

Kamu dalam keteremukan diri yang dingin lagi kelam itu tak bisa lagi menyalin rupa. Kemurungan meluap di wajah, tak bisa lagi disamarkan. Penderitaanmu kini begitu telanjang oleh kepergian yang mungkin kau sia-siakan. Lalu, segala kehancuran disempurnakan rasa sesal yang mendekati total. Kau makin celaka dengan segenap kemalangan yang kau ciptakan sendiri. Dia telah pergi, berlari dengan membawa tangis!

Mampus, mampuslah kau ditikam sepi- Chairil Anwar.

Lihatlah, betapa kesedihan, sesal, kemurungan dan pengharapan itu begitu indah dipadatkan dalam kata-kata? Tidakkah ini hanya mungkin terjadi oleh daya puitika "tingkat busyeet dah"? Masih ragu dengan kesenduan tingkat dewa dari Meski Tlah Jauh? Dengarkan saja tautan videonya di atas sana.

Kedua, Gerimis. Kekasih, andai saja kau mengerti.

Gerimis adalah narasi kesedihan. Cerita cinta manusia yang berakhir karam. Di sana, sepasang anak manusia tidak lagi mampu mengelola kebersamaan, tak lagi mampu merawat Saat yang indah dikau di pelukan, setiap nafasmu adalah milikku. Setiap kesalahan di antara mereka, tampaknya, tak lagi berfungsi sebagai pembelajaran dan ujian meneguhkan keyakinan bawah kita pasti bisa menjumpai akhir dengan bersama-sama, kekasih.  

Tak ada lagi nafasmu adalah milikku. Tak ada lagi keindahan itu. Uwuwuw.

Bedanya, Gerimis lebih banyak memainkan simbol. Kesedihannya dititipkan pada (perubahan) musim, mendung, badai (tiba-tiba) dan gerimis. Di videoklip yang versi originalnya dibintangi Dian Sastro ini, Gerimis sepertinya juga tidak ingin berkata-kata terlalu banyak. Seperti menghindari percakapan tentang diri yang kecewa dengan keputusan berpisah yang terlalu cepat. 

Kekasih, andai saja kau mengerti
Harusnya kita mampu lewati itu semua
Dan bukan menyerah untuk berpisah 
 

Ditulis tahun 1996, lirik Gerimis disempurnakan oleh aransemen yang memanjakan telinga. Sebagaimana kebanyakan aransemen yang dimainkan di setiap lagu-lagu KLa Project. 

Lalu, apakah lagu-lagu mereka sekadar berkisah kesenduan dengan puitika yang kuat? Yang konon kemunculannya di tahun 90-an sukses mengangkangi industri musik yang sedang didominasi oleh lantunan tembang bergaya Pop Melayu?

Tentu saja tidak. Perjalanan band yang berdiri sejak tahun 1986 dengan personil Katon, Lilo, Adi dan Ari ini telah melahirkan 9 album rekaman dengan 6 kompilasi ini juga mencipta lagu yang membicarakan jatuh cinta. Yang menggelorakan kebahagiaan manusia karena berbagi kasih sayang. Seperti dalam lagu Tentang Kita (1987/1989) atau Satu Kayuh Berdua, menyebut dua yang saya sukai. 

Selanjutnya, ketiga: Tak Bisa Ke Lain Hati. Bulan merah jambu luruh di kotamu. Kuayun sendiri langkah langkah sepi.. 

Mari membayangkan diri sedang melangkahkan sepi di bawah sorotan nuansa merah jambu di langit kota karena bulan yang luruh. Serupa apa suasana batinmu melangkah dari setting suasana hati yang seperti itu? Tidakkah kesepiannmu telah mencapai puncaknya? Bagaimana kau bisa meloloskan diri dari kemerosotan jika demikian:

Sisi ruang batinku hampa rindukan pagi
Tercipta nelangsa merenggut sukma
Terwujud keinginan yang tak pernah terwujud
Aku tak bisa pindah, pindah ke lain hati 

Kau berada dalam kehampaan sebab kerinduan yang sangat, kemudian nelangsa merenggut hidupmu. Dalam kejatuhan yang berbahaya ini, keinginan (untuk bersama) itu tak pernah bisa terwujud. Celakanya, hatimu cuma bisa di situ. Tak mungkin bisa kemana-mana. Bagaimana kau bisa melewati situasi yang "mengerikan" ini?

Dalam percakapannya di acara Rosi (Kompas TV/ 22 November 2019), Katon telah mengatakan jika konteks sosial di balik lagu ini adalah cinta yang tak berbalas. Terlanjur dipenuhi rasa suka namun ditolak. Pendek kata, Tak Bisa ke Lain Hati berangkat dari psikologi seorang kalah.

Sebagai penikmat, saya kira kita bisa sepakat jika Tak Bisa ke Lain Hati adalah puisi patah hati yang dalam. Kata-kata yang menata liriknya begitu efektif menghadirkan perasaan sakit, menderita, lara dan jalan buntu yang mengenaskan. Sesudah semua siksa batin ini, kamu masih harus: Mengingatmu, mengenangmu. Menggapai paras wajahmu sendiri. Duh, Marimar.

Begitulah sedikit yang bisa dikenang dari perjumpaan saya dengan musik KLa Project, salah satu yang terbaik dari warisan musik 90s. Jenis musik yang membuat saya mengalami perayaan patah hati nan puitik sesudah petualangan selera kedalam D'lloyd, Koes Plus, Panbers dan Black Brothers. 

Di lagu-lagu Katon, Lilo dan Adi, patah hati adalah perjalanan penderitaan yang indah lagi gagah.

Pertemuan dengan KLa semakin merawat sistem campur sari selera dalam diri tanpa menjadi seorang Klanis. Terima kasih 90-an!***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun