Lantas, apakah yang kurus dan gemuk tak memiliki takdir dalam sejarah? Percayalah selalu pada si Botak Foucault: dimana ada kekuasaan, selalu ada perlawanan. Maka kaum Kurus dan Gemuk, bersatulah! Memasuki 72 tahun usia Proklamasi, jangan biarkan keberagaman tubuh Nusantara menerima takdir sebagai koloni kekinian dari import ideologi tubuh buah persilangan sakit saintisme dan konsumerisme.Â
Dan, jangan cemas turun temurun. Semua jenis tubuh memiliki peluang menulis nasibnya, bahkan menjadi pengecualian yang menang melawan rezim proporsionalitas. Hanya saja, please Bibeeh, jangan bermimpi dalam kerumuman, sebab sejarah hanya menyediakan tempat untuk satu Kate Moss!
Berbedalah, karena itu Indonesia.
***
*) Sebagian besar bahan dasar dari "provokasi" ini telah dimuat diNgawursiana.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H