Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Melampaui "Pemisahan Kurus dan Gemuk"

19 Agustus 2017   13:04 Diperbarui: 22 Agustus 2017   00:16 2650
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Si Kurus Kate Moss | Credit: huffpost.com

So, kurus atawa gemuk tidak selalu merupakan perkara biologi dalam dirinya. Selevel pengertian dengan kecantikan atau kegantengan, mereka tak pernah eksis karena dirinya sendiri. Perlu contoh? Mari mengambil kasus mutakhir. 

Belum lama berselang, sebuah organisasi bernama Centre for Advanced Facial Cosmetic and Plastic Surgery yang berdomisili di London, Inggris merilis riset mereka yang mengatakan demikian:

Studi ini menggunakan Golden Ration, yakni suatu bentuk pengukuran untuk mendeteksi simetris wajah. Caranya ini mengidentifikasi selebriti pria mana yang paling tampan dan simetris wajahnya secara objektif.
Harry masuk dalam kategori pria dengan mata terindah karena panjang matanya dan jarak antara kedua matanya, 98,15 persen dari rasio yang sempurna.

Untuk dagu, hasil studi menunjukkan lebar dagu yang diukur dari titik pertengahan paling tidak harus 1,618 kali panjang bibir. Dagu Harry adalah 99,7 persen dari rasio ini.

Kegantengan dimatematikakan? Yang ganteng adalah yang susunan jidat, hidung, bibir dan dagu dalam relasi simetris (baca: proporsional)?

Poin besarnya adalah tak jarang, di era perkawinan yang ganjil antara saintisme dan konsumerisme, perkara tubuh bermutasi menjadi perkara politis. Menjalani hidup sebagai kurus atau gemuk seolah menerima kutukan tubuh yang gagal dalam perkawinan penuh nafsu dua kekuatan itu. Sederhananya, dalam bahasa yang latency, Gemuk atau Kurus harus terus ada agar rumah sakit, gym, rumah perawatan tubuh, industri kecantikan, kontes-kontesan ratu tingkat RT sampai dunia memiliki kerjaan dan ceritanya. (uuppps)

Lantas bagaimana tubuh yang berhasil? Tubuh yang menjadi anak kandung pewaris ajaran suci persilangan masokis saintisme dan konsumerisme?

Yup, sekali lagi dan selamanya: tubuh yang mewakili proporsionalitas. 

Tubuh yang bisa dihitung kebutuhan kalori, dan kawan-kawannya itu. Tubuh yang selalu segar dan cekatan bergerak di pusat-pusat bisnis dan keuangan atau kantor pemerintahan dengan birokrasi yang memuakkan. Tubuh yang keluar dari loby-loby hotel berbintang sesudah menghadiri rapat tingkat eksekutif papan tengah ke atas. Tubuh yang memiliki liburan rutin ke kota-kota utama di dunia. Tubuh yang rajin nge-gym dan diet ketat L-men lantas selfie dengan paha dipangku dan kepala dimiringkan!

Maka, jelas sudah jika ini bukanlah jenis tubuh serupa Paman Gober apalagi Gerombolan Siberat! Lebih-lebih tubuh yang suntuk melawan kantuk di sidang paripurna DPR/MPR.

Tubuh seperti ini adalah tubuh yang menyerap dan mewujudkan dengan sungguh-sungguh ideal-ideal tubuh kekinian: atletis, karir top, gaya hidup urban yang sehat, dan global minded meeen. Pada mereka ini, sejarah masa depan sedang menitipkan narasinya. Inilah proporsionalitas dimaksud itu. Inilah operasi kuasa yang lembut dan bekerja di balik ideal-ideal yang seringkali samar dari tatapan lapar di meja makan yang berjuang mempertahankan kenikmatan semur (jengkol, dkk-dst-dll) dan kasur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun