"Caramu pamitan sungguh buruk. Buruk, Maudi."
Aku tak menanggapi. Lastri tidak akan mengerti. Tidak boleh mengerti. Aku tidak pernah bisa menembus inti moral yang melahirkan sekaligus menjaga keberlangsungan hidup juga ritus sosial di sini. Aku ingin segera berlalu dari kunjungan terima kasih ini.
Aku merasa sepasang mata yang sepuh namun selalu waspada terus menatap punggungku sejak pertama kali datang. Mata yang tak pernah bisa kuajak bicara.
***Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!