Tenang, terkendali. MC kemudian mengambil alih.
“Silahkan dilanjutkan,” kata kedua sarung yang perlahan kembali, berbaur dengan para peserta.
“Bersatulah Para Sarung!”
Sebuah sarung yang telah sobek hingga setengahnya tetiba berteriak. Tergolong yang sepuh. Bertahun lama telah mengkhlaskan tubuhnya menanggung panas setrika. Ia lega, para sarung yang lebih muda bisa menahan panas ego.
Para sarung bersepakat, menuruti ego adalah melayani api yang hanya akan menyisakan abu.
Berlatar bangsawan pun sekedar penutup dingin di kampus yang terancam drop out, semua sarung memiliki riwayat tradisi dan kekayaan budaya yang tak boleh dinistakan.
Musyawarah para sarung malam itu pun berlangsung teduh dan penuh kasih.
***