Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Nona yang Ingin Membunuh Senja

9 Maret 2016   09:33 Diperbarui: 9 Maret 2016   20:45 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku ingin selalu bisa berlimpah sepertimu, nona muda. Agar masa depan 6 orang adik-adikku bisa tergambar cerah. Agar ayahku yang bertahun berjuang melawan stroke bisa dirawat dengan jasa kesehatan nomor satu di muka bumi. Juga ibuku, agar ia tidak selalu pergi menjadi tukang cuci, memasak atau menjaga anak-anak di rumah tetangga.

“Keretamu sudah tiba.”

Kupandang dalam matamu. Tak ada langkah menuju gerbong terbuka. Matamu menahanku, kau tahu itu.

“Kau mau ikut denganku?” tanyamu.

“Ke rumahmu?”

“Tidak. Kita ke barat, ke mana segala lelah ini berangkat pergi dan pulang. Ke tempat yang menjadi pusat dari keberlimpahanku dan pelestari kekurangan hidupmu. Pusat yang memaksa rindumu berjaga dalam lelah dan menghempaskanku dalam kesepian kasih sayang yang kaya.”

“Aku ingin membunuh senja tepat di rumahnya. Di Barat. Seperti Orang-orang Sisilia.”

Kau genggam tanganku, menarik langkahku. Kita berlawan arah dengan kereta yang pulang. 

Kereta senja, dari Jakarta
Berhias temaram cahaya memerah

Yang kuingin kenangan
Hidup dan bersemi

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun