Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Bahasa Puitik dan Menulis Optimisme

15 Desember 2015   08:52 Diperbarui: 16 Desember 2015   02:55 536
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya menangkap kalimat pembuka ini sebagai sebuah peringatan jikalau kita, manusia, selalu mudah terpenjara pada tafsir-tafsir yang merawat gairah berkuasa atas dunia dan sesama manusia sebagaimana tampak dalam gambaran praktik politik dan ekonomi harian di atas. Lagi-lagi Albert Camus benar, manusia selalu menjadi mangsa dari kebenaran yang dianutnya. Saya tidak bilang bahwa semua teori ekonomi dan politik hanya berkutat soal menang kalah atau untung rugi. Sependek bacaan saya, isu manusia dalam politik dan ekonomi juga memiliki pembela-pembelanya yang gigih walau gagasan mereka gagal menjadi arus utama.

Selanjutnya, Goenawan Mohamad lalu memberi satu lagi pendasaran yang memiliki relevansi dengan pengertian bahasa puitik :

Manusia tak hanya berada dalam peta yang dibingkai dan kanvas yang statis. Ia punya apa yang saya sebut sebagai “ruang puitik”, dimana berkecamuk segala yang tak-dapat-diperhitungkan, dimana segala yang-tak-pasti melontarkan bayang-bayangnya.

Dalam penjelasan ini, maka pengertian kedua, bahasa puitik adalah bahasa yang bicara sejarah dan hidup manusia yang tidak satu warna, bukan garis lurus dan melulu bahagia. Hidup manusia juga bergulat dengan tragedi dan kekelaman, berjuang melewati ketidakpastian, bukan seperti benda-benda ya g terikat dalam hukum fisika atau kimia. Manusia menjadi memiliki harga kehormatan karena ia menolak tunduk pada kekelaman dan kegetiran perjalanan hidupnya.

Maka bahasa puitik yang membicarakan ihwal hidup manusia yang belum selesai didefinisikan, hidup yang tidak pasti, tidak melulu bahagia gaya sinetron, juga adalah sebuah usaha untuk merawat optimisme dari sebuah cara bertutur yang berdiri di sisi kelam. Merawat optimisme dari sudut tutur seperti ini jauh lebih nendang ketimbang membicarakan optimisme dari kisah-kisah keindahan.

Kalau demikian halnya, pengertian ketiga, bahasa puitik yang dimaksud juga terbaca senada dengan maksud Ignas Kleden. Bahasa puitik disebutnya memiliki dua kapasitas, yakni untuk menyingkap dan menyembunyikan. Bahasa puitik bisa menghantar pembacanya tiba pada pemaknaan baru atas hidup dan peristiwa yang terekam dalam kata-kata atau justru tiba pada tanda tanya yang tidak pernah usai dan pencaharian terus menerus akan hakikat hidup manusia.

Optimisme itu dibangun dalam pencaharian terus menerus berdasarkan pada pengetahuan, baik yang bersumber dari agama pun bukan, terhadap arti hakikat hidup manusia dalam hubungannya dengan sesama, terhadap alam, dan terhadap semesta. Pencaharian seperti ini melampaui batasan ruang dan waktu walau berangkat dari perjalanan fana manusia dalam ruang dan waktu tertentu.

Dari tiga pelukisan singkat ini, dalam kaitan dengan merawat optimisme melalui medium menulis, maka ringkasan bahasa puitik yang dimaksud adalah : 

1), bahasa yang mengembalikan nilai, imajinasi dan proprosi kemuliaan manusia terhadap kuasa yang membuat segala hal seolah daftar benda dan komoditi saja;

2), bahasa yang menjaga sikap kehati-hatian dan mawas diri manusia berhadapan dengan definisi hidup yang merasa sudah tuntas dan mudah menghakimi;

3), bahasa yang melihat manusia selalu berada dalam tegangan : mencari pemaknaan baru atau malah menyerahkan daya akal budinya menjadi manusia dengan mentalitas budak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun