Sayang, akhir desember ini jadi ka manado to?. Jadi datang balamar to ? Papi deng Mami so tunggu2. muaaach. Love U.
Teks sms. Nona Sondakh yang manis itu yang mengetiknya. Mengirim. Tertulis keterangan : pending.
Lalu terdengar pintu rumah diketuk.
‘Malam bae’, terdengar suara si pengetuk.
‘Malam Bae, ada apa ?’, suara lelaki separuh baya terdengar di muka pintu. Tiga orang polisi berseragam berdiri disana.
‘Maaf Pak. Butul ini rumah keluarga Sondakh- Sengkey?’, tanyanya lagi. ‘Butul, qyapa?’, tanya lelaki separuh baya yang adalah ayah Inggrid dalam heran.
‘Oh, Torang mau bakudapa dengan Inggrid.  Ada ?’, tanya salah satu diantara mereka.
Di hutan, Komen sudah jauh berlari. Ia sudah menembus perbatasan dengan Papua New Guinea.
Di kamarnya yang teduh, mata Inggrid sembab. Ia cemas dan takut. bersandar pada bantal, ia memeluk selembar kertas kusut ke dadanya. Kertas bertulis puisi Chairil Anwar berjudul Pemberian Tahu. Benda terakhir yang ditinggalkan Komen sebelum pulang ke Jayapura.
Ini mungkin Desember terakhir tentang Komen.
***
[Yogyakarta, Desember 2013]