Mohon tunggu...
TUTI SOLIHAT 121211105
TUTI SOLIHAT 121211105 Mohon Tunggu... Akuntan - Mahasiswa Akuntansi - Universitas Dian Nusantara

Hobi saya Berbisnis dan Kulineran

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Jawab Kuis Pertemuan 5 - Ruang Publik Bourdieu

10 Oktober 2024   12:59 Diperbarui: 10 Oktober 2024   14:22 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

1. Pendahuluan

Ruang publik merupakan konsep penting dalam kajian sosial, yang sering kali diasosiasikan dengan interaksi antara individu dan masyarakat. Pierre Bourdieu, seorang sosiolog Prancis terkemuka, memberikan kontribusi yang signifikan dalam pemahaman tentang ruang publik melalui teorinya mengenai habitus, modal sosial, dan arena. Dalam tulisan ini, kita akan membahas apa yang dimaksud dengan ruang publik menurut Bourdieu, mengapa konsep ini penting, dan bagaimana penerapannya dalam analisis sosial.

2. Apa Itu Ruang Publik Menurut Bourdieu?

Ruang publik, dalam pandangan Bourdieu, bukan hanya sekadar tempat fisik, tetapi juga arena sosial di mana individu berinteraksi dan membangun identitas. Ruang publik meliputi berbagai tempat, baik yang bersifat formal maupun informal, di mana individu dapat saling berkomunikasi, berdiskusi, dan membentuk opini publik.

Bourdieu mengaitkan ruang publik dengan konsep habitus, yaitu sistem disposisi yang terbentuk dari pengalaman individu dan konteks sosialnya. Habitus ini berfungsi sebagai kerangka bagi individu dalam berperilaku dan berinteraksi di ruang publik. Selain itu, Bourdieu juga memperkenalkan konsep modal sosial, yang merujuk pada jaringan hubungan sosial yang dimiliki individu dan kelompok, serta bagaimana modal ini dapat mempengaruhi posisi mereka di ruang publik.

3. Mengapa Konsep Ruang Publik Penting?

Konsep ruang publik menurut Bourdieu penting karena beberapa alasan:

  • Menyoroti Ketimpangan Sosial: Bourdieu menunjukkan bahwa akses ke ruang publik tidak sama bagi semua individu. Faktor-faktor seperti kelas sosial, pendidikan, dan latar belakang budaya memengaruhi partisipasi seseorang dalam ruang publik. Dengan memahami hal ini, kita dapat mengidentifikasi dan mengatasi ketimpangan sosial yang ada.
  • Memahami Dinamika Kekuasaan: Ruang publik adalah arena di mana kekuasaan beroperasi. Siapa yang memiliki suara dan siapa yang terpinggirkan dalam diskusi publik dapat mencerminkan struktur kekuasaan yang lebih besar dalam masyarakat. Analisis ini membantu kita memahami bagaimana suara-suara tertentu lebih dominan dibandingkan yang lain.
  • Pembentukan Identitas: Ruang publik adalah tempat individu membentuk dan mengekspresikan identitas mereka. Melalui interaksi di ruang publik, individu dapat merespons dan membentuk norma-norma sosial yang ada. Hal ini sangat penting dalam memahami dinamika identitas dalam masyarakat yang semakin beragam.

4. Bagaimana Penerapan Konsep Ruang Publik Bourdieu?

Penerapan konsep ruang publik Bourdieu dapat dilakukan melalui beberapa pendekatan:

  • Studi Kasus: Menganalisis ruang publik di kota-kota besar atau daerah tertentu dengan mengamati interaksi sosial di berbagai tempat, seperti pasar, taman, atau ruang komunitas. Misalnya, penelitian tentang bagaimana kelompok marginal, seperti imigran, berinteraksi di ruang publik dapat mengungkapkan tantangan dan peluang yang mereka hadapi.
  • Wawancara dan Observasi: Melakukan wawancara dengan individu dari latar belakang yang berbeda untuk memahami bagaimana mereka merasakan dan berpartisipasi dalam ruang publik. Observasi langsung di berbagai lokasi publik juga dapat memberikan wawasan tentang dinamika interaksi sosial yang terjadi.
  • Analisis Kebijakan Publik: Mengkaji bagaimana kebijakan pemerintah mempengaruhi akses dan partisipasi dalam ruang publik. Misalnya, kebijakan perencanaan kota yang memperhatikan keberagaman sosial dapat meningkatkan aksesibilitas ruang publik bagi semua kelompok masyarakat.
  • Media Sosial dan Ruang Publik Digital: Dalam era digital, penting untuk menganalisis bagaimana ruang publik juga terbentuk melalui media sosial. Bourdieu's framework dapat diterapkan untuk memahami bagaimana individu menggunakan platform digital untuk berinteraksi dan membentuk opini publik.

5. Kesimpulan

Ruang publik menurut Pierre Bourdieu menawarkan perspektif yang kaya untuk memahami interaksi sosial dalam masyarakat. Dengan konsep habitus dan modal sosial, kita dapat menganalisis bagaimana individu berpartisipasi dan diposisikan dalam ruang publik. Pentingnya konsep ini terletak pada kemampuannya untuk mengungkap ketimpangan sosial dan dinamika kekuasaan yang ada. Melalui berbagai pendekatan penelitian, kita dapat lebih memahami kompleksitas ruang publik dan bagaimana hal ini memengaruhi identitas serta hubungan sosial dalam masyarakat.

6. Daftar Pustaka

Bourdieu, Pierre. (1986). The Forms of Capital. In J. Richardson (Ed.), Handbook of Theory and Research for the Sociology of Education. New York: Greenwood Press.

Bourdieu, Pierre. (1990). The Logic of Practice. Stanford University Press.

Bourdieu, Pierre. (1998). Practical Reason: On the Theory of Action. Stanford University Press.

Bourdieu, Pierre, & Wacquant, Loc. (1992). An Invitation to Reflexive Sociology. University of Chicago Press.

BERIKUT INI PENJELASAN UNTUK PPT DOSEN : prof Apollo Daito

1. Penjelasan Konsep dari PPT Dosen Slide 3 : Praksis Sosial Bourdieu

- Praksis Sosial: Dialektika Internal dan Eksternal

Dalam pemikiran Pierre Bourdieu, praktik sosial dapat dipahami melalui dialektika antara internalisasi dan eksternalisasi. Internalisasi merujuk pada proses di mana individu merenungkan pengalaman dan nilai-nilai yang ada di sekitarnya, menghasilkan habitus yang membentuk cara pandang dan perilaku. Sebaliknya, eksternalisasi merupakan ungkapan dari habitus tersebut dalam tindakan nyata, yaitu bagaimana nilai-nilai yang telah diinternalisasi terwujud dalam perilaku sosial.

- Aspek Interior: Habitus

Habitus adalah inti dari aspek interior dalam teori Bourdieu. Ini mencakup:

  • Nilai-nilai dan Cara Pandang: Habitus terdiri dari nilai-nilai, model-model, dan cara pandang yang mendasari tindakan individu. Hal ini mencakup pemahaman tentang baik-buruk, indah-salah, dan moralitas, yang membentuk karakter individu.
  • Pengaruh Terhadap Perilaku: Habitus tidak hanya memengaruhi pemikiran, tetapi juga mencakup aspek fisik individu, dikenal sebagai hexis. Hexis merujuk pada pola tubuh, seperti cara berdiri, berjalan, dan berbicara, yang mencerminkan identitas sosial dan budaya seseorang. Hal ini menunjukkan bagaimana habitus membentuk perilaku secara menyeluruh.
  • Penghayatan Nilai: Habitus juga merupakan penghayatan nilai-nilai yang terdapat di lingkungan sosial. Nilai-nilai ini terinternalisasi dalam individu dan menjadi bagian dari identitas mereka, yang mempengaruhi bagaimana mereka berinteraksi dengan orang lain.

- Aspek Eksternal: Arena Perilaku Sosial

Arena adalah konteks atau ruang di mana perilaku sosial terjadi. Dalam setiap arena, individu harus memiliki habitus yang sesuai untuk dapat berpartisipasi secara efektif. Arena ini mencakup berbagai aspek kehidupan sosial, seperti pendidikan, bisnis, dan budaya.

- Ditentukan Modal (Kapital)

Modal atau kapital berperan penting dalam memengaruhi akses individu ke arena sosial. Berbagai bentuk modal, seperti modal ekonomi, sosial, dan budaya, menentukan peluang dan posisi individu dalam masyarakat. Habitus yang dibentuk oleh internalisasi nilai-nilai dan pengalaman individu akan berinteraksi dengan modal yang mereka miliki, memengaruhi cara mereka beroperasi dalam arena tertentu.

2. Penjelasan Konsep dari PPT Dosen Slide 4 tentang Habitus dan Modal dalam Konteks Bourdieu

- Habitus Didukung Modal

Dalam pemikiran Pierre Bourdieu, habitus dan modal memiliki hubungan yang erat dalam menentukan bagaimana individu berinteraksi dengan berbagai arena sosial. Habitus merujuk pada pola-pola perilaku, nilai-nilai, dan disposisi yang telah terinternalisasi dalam diri individu, sedangkan modal mencakup berbagai bentuk sumber daya yang dapat digunakan untuk beroperasi dalam masyarakat.

- Modal dan Kesempatan dalam Hidup

Modal memainkan peran kunci dalam memberikan kesempatan kepada individu untuk mengakses berbagai aspek kehidupan, termasuk:

  • Pendidikan: Modal pendidikan memungkinkan individu untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk berpartisipasi dalam arena tertentu.
  • Modal Ekonomi: Sumber daya finansial memungkinkan akses ke peluang kerja dan bisnis, serta meningkatkan kualitas hidup.
  • Modal Sosial dan Budaya: Jaringan sosial dan pengetahuan budaya yang dimiliki individu dapat membuka pintu bagi peluang baru dan memperkuat posisi mereka dalam masyarakat.
  • Modal Simbolik: Pengakuan dan legitimasi sosial, yang dapat diperoleh melalui prestasi atau status tertentu, juga berkontribusi terhadap kemampuan individu untuk berpartisipasi dalam arena sosial.

- Arena: Ruang Khusus dalam Masyarakat

Arena merupakan konteks atau ruang di mana individu berinteraksi dan berkompetisi. Bourdieu menggambarkan berbagai jenis arena, seperti:

  • Pendidikan: Arena di mana individu belajar dan membangun kapasitas intelektual.
  • Pertanian: Ruang di mana praktik pertanian dan produksi berlangsung.
  • Bisnis: Arena di mana individu berinteraksi dalam konteks ekonomi dan perdagangan.
  • Seni dan Budaya: Tempat di mana ekspresi kreatif dan nilai-nilai budaya dieksplorasi dan dihargai.
  • Militer: Arena yang melibatkan struktur hierarkis dan disiplin.

- Hubungan antara Habitus dan Modal dalam Arena

Agar individu dapat berhasil di dalam arena-arenanya, mereka perlu memiliki habitus dan modal yang tepat. Misalnya, dalam arena bisnis, nilai-nilai seperti kerja keras, ketekunan, dan etika kerja yang baik sangat penting. Hal ini mencerminkan prinsip etika yang diungkapkan oleh Max Weber, seperti:

  • Ulet dan Hemat: Prinsip ini menekankan pentingnya ketekunan dan pengelolaan sumber daya secara bijaksana.
  • Asceticism: Konsep ini mengacu pada disiplin dan pengendalian diri yang memungkinkan individu untuk mempertahankan dan mengembangkan kekayaan serta laba yang berkelanjutan.

3. Penjelasan tentang Konsep dari PPT Dosen Slide 5 Praktik Habitus, Kapital, dan Arena dalam Konteks Dominasi Simbolik

- Praktik Habitus + Kapital + Arena

Dalam pemikiran Pierre Bourdieu, hubungan antara habitus, kapital, dan arena menciptakan dinamika sosial yang kompleks. Praktik sosial individu ditentukan oleh kombinasi ketiga elemen ini, yang berfungsi sebagai fondasi dalam interaksi sosial.

- Dampak: Dominasi Simbolik

Salah satu dampak dari interaksi antara habitus, kapital, dan arena adalah munculnya dominasi simbolik. Dominasi simbolik adalah bentuk penindasan yang tidak terlihat secara langsung. Dalam konteks ini, individu sering kali tidak menyadari bahwa mereka sedang ditindas karena kondisi tersebut dianggap normal atau wajar dalam masyarakat.

- Penindasan yang Dianggap Normal

Penindasan simbolik beroperasi dalam cara yang halus, di mana individu yang terpinggirkan cenderung menerima keadaan mereka tanpa kritik. Contohnya mencakup:

  • Pengaruh dari Otoritas: Seperti guru yang bersikap kaku atau pasangan hidup yang otoriter. Individu yang berada di bawah pengaruh ini mungkin tidak menyadari bahwa mereka sedang mengalami penindasan.
  • Norma Budaya: Dalam konteks budaya tertentu, seperti gaya Jawa di Indonesia, nilai-nilai tradisional bisa menimbulkan tekanan bagi individu untuk mematuhi norma-norma yang ada, meskipun norma tersebut mungkin tidak menguntungkan mereka.

- Doxa dan Pandangan Penguasa

Bourdieu mengaitkan konsep doxa dengan dominasi simbolik. Doxa adalah pandangan yang diambil dari penguasa, yang sering kali diterima oleh masyarakat sebagai kebenaran tanpa dipertanyakan. Dalam konteks ini, doxa berfungsi sebagai slogan yang tidak didukung oleh fakta atau pemikiran kritis, sehingga memperkuat dan mempertahankan kekuasaan.

  • Tanpa Pikiran Kritis: Doxa menciptakan kondisi di mana individu menerima norma dan nilai tanpa mempertimbangkan alternatif atau melakukan refleksi kritis. Hal ini menghasilkan reproduksi nilai-nilai yang mendukung dominasi.

- Bahasa sebagai Simbol Kekuasaan

Dominasi simbolik juga diekspresikan melalui bahasa. Bahasa bukanlah alat netral; ia mencerminkan dan memperkuat kekuasaan sosial. Beberapa poin penting mencakup:

  • Kepentingan dan Kecenderungan: Bahasa sering kali digunakan untuk mendukung kepentingan kelas sosial tertentu. Ungkapan dan istilah yang digunakan dalam bahasa sehari-hari dapat memperkuat hierarki sosial yang ada.
  • Simbol Kekuasaan: Bahasa menjadi simbol kekuasaan, di mana penguasa menggunakan bahasa untuk menentukan norma dan cara berpikir masyarakat.

- Heidegger dan Ruang Sosial

Bourdieu juga merujuk pada pemikiran Heidegger yang menyatakan bahwa ruang sosial dibangun berdasarkan praktik dan interaksi sebelum individu dapat menghuninya. Hal ini menunjukkan bahwa struktur sosial dibentuk melalui tindakan individu yang dipandu oleh habitus dan kapital mereka.

4. Penjelasan Konsep dari PPT Dosen Slide 6 tentang Pendidikan dalam Konteks Dominasi Sosial Bourdieu

- Pendidikan sebagai Proses Reproduksi Dominasi Sosial

Dalam pemikiran Pierre Bourdieu, pendidikan tidak hanya berfungsi sebagai sarana transfer pengetahuan, tetapi juga sebagai proses penciptaan ulang atau reproduksi dominasi sosial. Artinya, sistem pendidikan sering kali melanggengkan struktur kekuasaan yang telah ada sebelumnya, mengulangi pola-pola yang mendukung kelas-kelas sosial yang dominan. Pendidikan menjadi alat untuk mempertahankan status quo dalam masyarakat.

- Melanggengkan Kekuasaan

Pendidikan berfungsi sebagai mekanisme yang memperkuat ketidaksetaraan sosial. Anak-anak dari kelas sosial atas sering kali memiliki akses lebih baik terhadap sumber daya pendidikan yang berkualitas, sementara mereka dari kelas bawah mengalami keterbatasan. Dengan demikian, pendidikan berkontribusi pada pengulangan hierarki sosial yang ada, membuat peluang bagi individu untuk bergerak ke atas menjadi semakin sulit.

- Penutupan Akses bagi Individu Tanpa Habitus dan Kapital

Sistem pendidikan juga cenderung menutup pintu bagi individu yang tidak memiliki habitus dan modal yang sesuai. Tanpa pemahaman dan nilai-nilai yang diinternalisasi (habitus), serta tanpa modal ekonomi dan sosial yang mendukung, individu tidak dianggap layak atau pantas untuk menjadi pembelajar yang efektif. Ini menciptakan siklus keterpinggiran, di mana individu dari latar belakang kurang beruntung terhalang untuk mengakses pendidikan yang lebih baik.

- Problem Kurikulum

Masalah lain dalam pendidikan adalah kurikulum yang sering kali tidak cocok dengan kebutuhan atau pengalaman siswa. Kurikulum yang dirancang tanpa mempertimbangkan konteks sosial dan budaya siswa dapat memperburuk kesenjangan yang ada, karena siswa yang tidak dapat melihat relevansi antara materi pelajaran dan kehidupan mereka cenderung kehilangan motivasi untuk belajar.

- Pendidikan Moral

Pendidikan moral juga menjadi perhatian penting dalam konteks Bourdieu. Pendidikan moral seharusnya tidak hanya berbasis pada ceramah atau doktrin, tetapi lebih pada pengamatan sehari-hari dan praktik nyata. Nilai-nilai moral sebaiknya diajarkan melalui pengalaman dan contoh konkret, bukan sekadar teori.

- Lingkungan sebagai Pembentuk Moral

Lingkungan sosial di mana individu tumbuh dan berkembang memiliki pengaruh besar dalam membentuk moralitas mereka. Dengan kata lain, pendidikan moral harus disesuaikan dengan konteks sosial yang ada, agar dapat lebih efektif dalam mengembangkan karakter dan etika individu. Ketidakcocokan antara ajaran agama dan praktik sehari-hari juga menunjukkan perlunya pendekatan yang lebih holistik dalam pendidikan moral.

5. Penjelasan Konsep dari PPT Dosen Slide 7   tentang Kelas Atas, Distinction, dan Resistensi dalam Konteks Bourdieu

- Kelas Atas dan Distinction

Dalam teori Bourdieu, kelas atas sering kali beroperasi dengan cara yang membedakan diri mereka dari kelas sosial lainnya, suatu proses yang dikenal sebagai distinction. Konsep ini mengacu pada tindakan kelas atas dalam menggunakan berbagai simbol, nilai, dan praktik untuk menunjukkan status mereka dan membedakan diri dari kelas bawah. Hal ini menciptakan hierarki sosial yang mempengaruhi cara individu memahami diri mereka dan posisi mereka dalam masyarakat.

  • Aristokrat: Dalam konteks ini, kelas atas sering kali dipandang sebagai kelompok aristokrat yang memiliki akses lebih besar terhadap sumber daya, pendidikan, dan kesempatan, yang kemudian memperkuat posisi mereka di atas kelas sosial lainnya.

- Resistensi: Perlawanan Kelas Ekonomi Bawah

Sebagai respons terhadap dominasi kelas atas, resistensi muncul dari kelas ekonomi bawah. Perlawanan ini sering kali bersifat anti-kemapanan, di mana individu atau kelompok berusaha untuk menantang struktur sosial yang ada dan mencari perubahan yang lebih adil.

- Pembedaaan dan Perubahan Sosial

  • Perubahan Sosial: Dalam konteks perubahan sosial, Bourdieu menekankan bahwa perubahan tidak hanya ditentukan oleh kelas proletar, tetapi juga oleh kemampuan habitus dan modal yang dimiliki individu. Individu dengan habitus yang sesuai dan modal yang memadai dapat berperan dalam mendorong perubahan sosial.
  • Persaingan: Ada persaingan yang signifikan antara individu dan kelompok dalam masyarakat, di mana dua visi berbeda muncul. Satu visi berusaha untuk melanggengkan status quo, sementara visi lainnya berupaya melawan penindasan. Dalam hal ini, individu dari kelas bawah dapat berusaha untuk mendapatkan pengakuan dan legitimasi melalui tindakan resistensi.

- Strategi dalam Persaingan

Persaingan dalam masyarakat tidak hanya bersifat langsung, tetapi juga melibatkan berbagai strategi. Beberapa bentuk investasi yang diambil oleh individu untuk meningkatkan posisi mereka dalam struktur sosial meliputi:

  • Investasi Biologis: Mempertimbangkan aspek reproduksi (seperti keluarga berencana) untuk memastikan generasi berikutnya memiliki sumber daya yang cukup.
  • Suksesif: Menggunakan efisiensi dalam pengelolaan harta yang diwariskan untuk memastikan keberlangsungan kekayaan.
  • Edukasi: Mengedukasi generasi baru melalui doktrin dan kader-kader, sehingga mereka dapat memperoleh modal dan habitus yang diperlukan untuk bersaing.
  • Investasi Ekonomi: Menciptakan peluang ekonomi untuk meningkatkan status sosial melalui usaha dan kewirausahaan.
  • Investasi Simbolik: Berusaha mendapatkan pengakuan dan kehormatan dalam masyarakat sebagai cara untuk legitimisasi posisi sosial mereka.

 

6. Penjelasan Konsep dari PPT Dosen Slide 8 tentang Legitimasi Selera dalam Konteks Bourdieu

- Legitimasi Selera

Dalam teori Bourdieu, legitimasi selera merujuk pada cara nilai-nilai dan preferensi estetika dibentuk dan diakui dalam masyarakat. Selera tidak muncul secara spontan, melainkan merupakan hasil dari proses sosial yang mencerminkan status, kekuasaan, dan identitas kelompok tertentu.

- Bentukan Aristokrat dan Seni

Selera yang dikembangkan oleh kelas aristokrat sering kali mencerminkan nilai-nilai yang tinggi dalam seni dan pendidikan. Contohnya, karya-karya komposer besar seperti Mozart, Beethoven, Bach, dan Vivaldi dianggap sebagai puncak dari pencapaian seni klasik dan sering kali diidentifikasi dengan elit budaya. Karya-karya ini tidak hanya dihargai karena keindahan musiknya, tetapi juga karena mereka mencerminkan pengetahuan, pendidikan, dan status sosial yang tinggi.

- Selera Seni vs Selera Populer

Bourdieu membedakan antara selera seni yang dianggap tinggi dan selera populer:

  • Selera Seni (Estetis): Hasil dari pembentukan oleh kelas atas, yang sering kali menilai seni dalam konteks estetika dan kompleksitas intelektual. Selera ini cenderung berorientasi pada nilai-nilai yang lebih abstrak dan estetis.
  • Selera Populer: Muncul dari pengalaman hidup rakyat biasa, sering kali lebih praktis dan fungsional. Selera ini biasanya mencerminkan nilai-nilai yang lebih sederhana dan dapat diakses, serta sering kali didasarkan pada pengalaman sehari-hari.

- Kebenaran Relasional

Bourdieu menegaskan bahwa kebenaran bukanlah hal yang absolut, subjektif, atau objektif, tetapi bersifat relasional. Hal ini berarti bahwa kebenaran ditentukan oleh konteks sosial, pengalaman, dan interaksi yang terjadi di dalamnya. Proses ini mencakup dua aspek:

  • Internalisasi Batin: Individu menyerap nilai-nilai, norma, dan pengetahuan dari lingkungan sosial mereka, yang kemudian membentuk pandangan dan selera mereka.
  • Eksternalisasi: Individu kemudian mengekspresikan dan merefleksikan nilai-nilai tersebut dalam tindakan dan pilihan mereka di arena sosial.

- Hubungan dengan Kapital

Legitimasi selera sangat terkait dengan kapital yang dimiliki individu. Modal budaya dan simbolik memengaruhi bagaimana individu menginterpretasikan seni dan estetika, serta bagaimana mereka dipandang dalam konteks sosial. Keterkaitan antara habitus, modal, dan arena memungkinkan individu untuk menavigasi dan berpartisipasi dalam berbagai aspek kehidupan sosial.

Sumber : PPT Prof Apollo Daito
Sumber : PPT Prof Apollo Daito

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun