Adapun pendapat saya ini juga tidak menjadikan novel ini menjadi 'kurang'. Saya akan tetap merekomendasikan novel ini, termasuk kepada kalian yang tidak menyukai thriller.
Menurut saya, ada beberapa kejadian yang terasa 'kurang pol', rasanya kurang tegang gitu hahaha. Salah satunya, saat peristiwa penculikan Butet. Kejadiannya sangatlah singkat karena dengan cepat penculik berpapasan dengan penghuni pesantren. Hal ini tampaknya kurang 'mengaduk-aduk' emosi saya.
Kemudian, adegan perkelahian cenderung tidak diuraikan secara detail. Padahal dalam peristiwa menegangkan lainnya, diceritakan dengan detail, seperti adegan percobaan pembunuhan Rini oleh pakliknya, kejadian si 'Gadis' yang tidak sengaja membunuh korbannya saat merampok di hotel, dan kejadian saat si Kembar sakaw.
Selain itu, di bagian paklik Rini dan anak buah dari raja bandar narkoba berhasil sampai ke pulau Lhok Jeumpa. Hal ini terasa sedikit ganjal bagi saya. Sebab, di awal cerita disebutkan bahwa pulau ini terpelosok dan tidak banyak orang yang mengetahui lokasi pulau tersebut.
Dalam novel, ending-nya kurang dijelaskan dengan detail. Salah satunya, saat 'Gadis' yang harus cepat pulang karena anak-anak jalanan menunggunya di rumah. Namun, tiba-tiba 'Gadis' melupakannya begitu saja, padahal sebelumnya ia tergesa-gesa untuk meminta izin kepada pihak pesantren agar bisa pulang lebih awal.Â
Lalu, di bagian Umar melamar dan menikahi 'Gadis'. Tidak ada lagi kelanjutan mengenai bagaimana nasib anak-anak jalanan yang diasuh 'Gadis'. Tidak diceritakan pula bagaimana kelanjutan kisah cinta Rini dan Bagus.
Kesimpulan dan Pesan Moral
Novel ini memberikan gambaran tentang kerasnya kehidupan yang dialami 15 remaja putri. Di sini dapat kita pahami bahwa penting untuk memadukan aspek moral dan sosial dalam hidup, serta diiringi dengan aturan dan norma yang ada di masyarakat. Cerita dalam novel "Pesantren Impian" ini menyadarkan pembaca tentang pentingnya bersyukur dalam hidup.
Mengejar duniawi (harta) tanpa mendalami nilai agama merupakan hal yang sia-sia. Seperti yang diceritakan dalam novel, Umar yang sejak kecil hidup serba kekurangan membuatnya tumbuh menjadi seseorang yang gila harta. Ia melakukan segala cara untuk mengubah kehidupan keluarganya meskipun dengan cara yang tidak halal.Â
Karena perbuatannya, Allah Swt menegurnya melalui bencana kebakaran yang sekaligus menewaskan seluruh keluarganya. Setiap perbuatan buruk yang kita lakukan, pasti akan mendapat balasan oleh Allah Swt, baik di dunia maupun di akhirat.Â
Percayalah, harta atau kekayaan duniawi tidak akan membuat pemilikinya bahagia secara utuh, lahir dan batin. Harta tidak akan pernah membuat pemiliknya puas. Manusia akan terus merasa kurang dan ingin mendapatkan lebih dari apa yang dimilikinya sekarang.
Selanjutnya, pelajaran bahwa seburuk apapun masa lalu kita, apabila kita berniat memohon ampun kepada-Nya, Allah Swt selalu membuka pintu taubat bagi umatnya. Tidak ada kata terlambat untuk bertaubat dan berubah menjadi maunisa yang lebih baik. Jika hidayah belum datang pada kita, maka kita yang harus mulai menjemput hidayah itu. Bahkan apabila harus sedikit memaksakan diri untuk beribadah atau mulai mengerjakan kebaikan, maka lakukanlah hingga menjadi terbiasa.Â