Umar yang selama ini diketahui sebagai pengacara terpercaya dari Teungku Hasan alias Tengku Budiman, adalah pemilik asli dari Pesantren Impian. Umar adalah pemuda gagah nan pintar yang memiliki banyak bisnis.Â
Umar memiliki masa lalu yang kelam, yaitu sebagai pengusaha kebun ganja. Suatu ketika, rumah hasil bisnis ganjanya terbakar dan membuat seluruh keluarga Umar meninggal dunia. Karenanya, Umar pun memutuskan untuk bertaubat dan mulai mengembangkan bisnis yang halal, serta membangun Pesantren Impian.
Pada akhirnya, setelah pendidikan 15 remaja putri usai, Umar, pemilik asli Pesantren Impian melamar 'Gadis' pembunuh yang ternyata telah menarik perhatiannya sejak awal.Â
Di samping itu, para santriwati lainnya juga berhasil melanjutkan hidup mereka kembali sebagai manusia yang lebih baik. Selama tinggal di pesantren, mereka yang sebelumnya bermasalah dapat menemukan kembali semangat mereka. Banyak pelajaran yang mereka terima selama di pesantren, sehingga membuat mereka lebih tegar, sabar, dan ikhlas dalam menjalani kehidupan. Secara perlahan pintu hati mereka terbuka, mereka mulai mengenal Islam lebih dalam.Â
Kelebihan
Menurut saya, novel "Pesantren Impian" ini memiliki genre baru yang sangat unik. Berbeda dengan karya Asma Nadia sebelumya atau bahkan kebanyakan karya penulis lainnya. Genre islami yang dikolaborasikan dengan unsur thriller, misteri, dan detektif membuat saya tidak bisa berhenti membacanya.
Meski dimasukkan unsur thriller dan misteri, jalan cerita yang disampaikan terasa sangat real, seakan benar-benar terjadi di dunia nyata. Latar tempat yang diceritakan pun begitu jelas, serta masalah sosial yang diangkat di dalam novel sangatlah relevan dengan kehidupan masyarakat di Indonesia. Kejadian demi kejadian yang diuraikan mampu membawa pembaca masuk ke dalam cerita dan merasakan ketegangannya.
Pada halaman ke 122, di mana puncak pencarian si 'Gadis' pembunuh di Pesantren Impian belum juga mendapat titik terang. Seketika membuat saya segera kembali ke halaman pertama dan membacanya dari awal. Saya ingin membaca secara detail setiap kalimat yang ditulis oleh Asma Nadia, sehingga saya bisa menemukan siapa 'Gadis' pembunuh.Â
Besar kekaguman saya terhadap kepiawaian Asma Nadia dalam mengolah kalimat. Beliau sangat rapi menyimpan identitas para tokoh sehingga membuatnya sangat sulit ditebak.Â
Setiap kejadian demi kejadian yang diceritakan, selalu berhasil membuat jantung saya berdegup kencang. Ditambah lagi, alur yang maju mundur (campuran) semakin menambah antusias saya untuk menebak-nebak siapa dalang dari semua masalah yang ada dalam cerita.
Selain jalan ceritanya yang sangat menarik, penulis menggunakan bahasa sederhana yang mudah dipahami. Meskipun novel ini membahas tentang kisah-kisah kelam dari 15 remaja putri, bahasa yang digunakan tetap pada etikanya. Beberapa kalimat bahasa daerah yang dicantumkan dalam novel pun diartikan juga ke dalam bahasa Indonesia.
Kekurangan
Ada beberapa hal yang membuat saya merasa kurang puas atas cerita novel ini. Kurang puas menurut saya, bukan berarti kurang puas juga bagi pembaca lain yaa..Â