Mohon tunggu...
TUGI HARTONO
TUGI HARTONO Mohon Tunggu... Guru - Guru

Saya adalah seorang pendidik

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Senandung Pungkasan

15 Juni 2024   14:31 Diperbarui: 15 Juni 2024   14:59 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sekelompok  anak kecil
Bersorak dan berteriak riuh rendah
Memanggil kawanan  burung  terbang
Melintas bagai menjaring awan

Waktu berlalu
Bersama matari yang pancarkan kehangatan pagi
Sampai akhirnya

Lihatlah dinda
Hijau menghijau di ujung sana
Itulah lumbung tujuan kita
Lumbung penyimpan sejuta pakan.

Burung betina tersenyum bahagia sambil melirik kekasihnya
Mereka berdua terbang di barisan belakang

Hari semakin siang
Namun
Tiba-tiba dari  segala arah
Mendung hitam datang bergelombang
Menyelimuti langit benderang
Matari pun bersedih
Terhalang awan
Termangu
Terdiam

Dan sejenak kemudian
Hujan turun sangat deras deras deras
Bagai  air terjun tercurahkan
Diiringi genderang petir berkilatan
Juga angin kencang menerjang  tanpa lawan
Randu alas  meliuk keras  tahan tekanan

Oooo
Badaikah ini yang datang
Dahsyat  memporakporandakan
Segenap tanaman tinggi menjulang
Randu  alas si perkasa di ujung hutan
Jatuh terkulai menindih rerumputan

Ooooo
Bagaimana dengan sekawanan burung putih yang sedang  bernyanyi riang
Menuju lembah lumbung makanan
Mereka jatuh berhamburan
Di tanah
Di rerumputan
Di dahan pohon rindang
Meski tidak semuanya  menjadi korban
Namun ada beberapa yang terkulai
Lemas  tanpa daya

Sepasang  burung  putih
Yang meninggalkan bayi belum  tersapih
Saling berpelukan

Burung betina patah sayapnya
Terhempas di bebatuan
Wajahnya memucat  paruhnya patah
Darah segar membasahi lehernya

Si jantan hanya sedikit lecet
Si betina erat dalam pelukan
Serasa ngilu dan sakit seluruh badan
Air mata  menetes membasahi paruh memerah darah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun