Palestina memang sudah hancur. Hingga kini perang dan penzaliman dari Israel dan Yahudi terus terjadi.
Di Indonesia, masyarakat tenang. Tak ada perang. Masyarakat nikmat bertarawih, nyaman sahur dan tersedia uang di rekening.
Tapi, kata ustadz ini, di dunia Palestina, tak ada masjid. Semua rumah ibadah rata dengan tanah, sekolah dimusnahkan, rumah warga dihancurkan, sawah ladang dirampas.
Menurut ustadz Zulkifli Muhammad Ali, tidak ikut pun masyarakat Indonesia membantu, Palestina pasti akan merdeka.
Itu janji Tuhan. Hanya saja, ketika kita tidak membantu, Tuhan tidak mencatat pula kita sebagai pihak yang ikut bersaham di kemerdekaan Palestina.
Dalam ceramah dua jam itu, Zulkifli Muhammad Ali mengajak masyarakat untuk berinfaq fisabilillah.
Dia ganti infak itu dengan sal dan hiasan dinding, yang bermuara pada dukungan untuk Palestina.
Dia tawarkan jemaah lewat jumlah yang tinggi sampai jumlah terkecil Rp 1 juta, tapi tak digubris oleh jemaah dan pengurus masjid.
Meskipun Zulkifli Muhammad Ali menawarkan lewat pembayaran non tunai. Sejumlah rekeningnya pun dipampang dilayar infokus, tetap saja jemaah diam dalam kebingungan.
Berbelok-belok Zulkifli Muhammad Ali ini memompa semangat jihad, sampai berkali-kali ustadz ini meminum air mineral, tak juga terbudur semangat jihad masyarakat.
Tiap sebentar takbir bergema, semangat perlawanan terus dilancarkan untuk tegaknya khilafah Islam di Masjidil Aqsha.