Buya Zulkifli Muhammad Ali membakar semangat jihad jemaah Masjid Baiturrahmah Lubuk Alung, Sabtu 30 Maret 2024 malam.
Tanpa protokoler, seuai shalat Tarawih Zulkifli Muhammad Ali yang terkenal dengan julukan "ustadz akhir zaman" ini, langsung duduk di meja yang tersedia.
Dan malam itu, dia memang sengaja diundang pengurus untuk ceramah peringatan Nuzul Quran di masjid itu.
Asistennya tengah menyiapkan infokus, ustadz kelahiran Parit Malintang, Kabupaten Padang Pariaman 1974 ini duduk tenang di kursi di depan jemaah yang memadati masjid.
Infokus hidup, menyumbul tulisan "Palestina dan Akhir Zaman". Zulkifli Muhammad Ali langsung bicara.
Langsung fokus soal Palestina yang sepertinya sudah sangat dikuasai dan familiar oleh ustadz yang mengelola yayasan pendidikan Islam di Payakumbuh ini.
Tak ada sambutan pengurus atau panitia masjid sebelumnya. Pun jemaah, banyak yang tergagap saja mendengar orasi ustadz ini.
Kenapa tergagap. Ya, tidak ada dalam skedul kalau malam itu akan ada acara untuk Palestina.
Yang ada spanduk di depan masjid, sudah lama terpasang: Nuzul Quran dengan foto ustadz Zulkifli Muhammad Ali.
Kobaran api semangat juang dan membantu Palestina begitu deras mengalirnya dari ustadz lulusan Mesir ini.
Palestina memang sudah hancur. Hingga kini perang dan penzaliman dari Israel dan Yahudi terus terjadi.
Di Indonesia, masyarakat tenang. Tak ada perang. Masyarakat nikmat bertarawih, nyaman sahur dan tersedia uang di rekening.
Tapi, kata ustadz ini, di dunia Palestina, tak ada masjid. Semua rumah ibadah rata dengan tanah, sekolah dimusnahkan, rumah warga dihancurkan, sawah ladang dirampas.
Menurut ustadz Zulkifli Muhammad Ali, tidak ikut pun masyarakat Indonesia membantu, Palestina pasti akan merdeka.
Itu janji Tuhan. Hanya saja, ketika kita tidak membantu, Tuhan tidak mencatat pula kita sebagai pihak yang ikut bersaham di kemerdekaan Palestina.
Dalam ceramah dua jam itu, Zulkifli Muhammad Ali mengajak masyarakat untuk berinfaq fisabilillah.
Dia ganti infak itu dengan sal dan hiasan dinding, yang bermuara pada dukungan untuk Palestina.
Dia tawarkan jemaah lewat jumlah yang tinggi sampai jumlah terkecil Rp 1 juta, tapi tak digubris oleh jemaah dan pengurus masjid.
Meskipun Zulkifli Muhammad Ali menawarkan lewat pembayaran non tunai. Sejumlah rekeningnya pun dipampang dilayar infokus, tetap saja jemaah diam dalam kebingungan.
Berbelok-belok Zulkifli Muhammad Ali ini memompa semangat jihad, sampai berkali-kali ustadz ini meminum air mineral, tak juga terbudur semangat jihad masyarakat.
Tiap sebentar takbir bergema, semangat perlawanan terus dilancarkan untuk tegaknya khilafah Islam di Masjidil Aqsha.
Ceramah akhirnya dituntut dengan doa, langsung dipimpin oleh Zulkifli Muhammad Ali. Tapi sebelum doa, Buya ini berkisah tentang seorang jenazah di zaman Nabi Muhammad Saw.
Ya, jenazah seorang warga meninggal, tapi tak seorang pun sahabat mengurusnya. Sebab, jenazah itu semasa hidupnya tak pernah shalat tapi rajin berbuat jahat.
Dan perbuatan jahat itu bersuluh matahari bergelanggang mata rang banyak. Lalu nabi bertanya tentang kebaikan orang ini, dan seseorang dari deretan paling ujung menjawab, bahwa jenazah ini ketika hidup dulu pernah sekali jadi tukang ronda.
Ronda menjaga peperangan pasukan nabi dan orang kafir. Hanya sekali itu dia bertugas.
Nah, lewat perbuatan baik sekali itu, nabi langsung menjamin yang bersangkutan sebagai ahli surga. Padahal, sebelumnya, serentak seluruh sahabat mengatakan, kalau orang itu ahli neraka.
Kesimpulan ustadz ini, jihad begitu penting di sisi Allah SWT. Ikut menegakkan agama Allah, membantu perjuangan Palestina, setidaknya kita ikut jihad dan bersaham soal kemerdekaan Palestina.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H