Mohon tunggu...
Newbie
Newbie Mohon Tunggu... -

Aliran Naturalisme

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Part II] Di Balik Sebuah Cerita

27 November 2016   21:23 Diperbarui: 1 Desember 2016   22:08 597
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak awal memasuki desa hingga kami menginap di rumah pak giran ini, aku merasakan hal berbeda dari biasanya karena desa ini memberikan pemandangan yang indah dan penduduk yang sangat ramah.

Ketika kami memasuki desa ini begitu pula kala menginjakkan kaki dan bertemu dengan pak giman berserta ibu. Pak giran dan ibu menyambut kami dengan penuh rasa kekeluargaan dan kehangatan seperti menyambut anaknya yang baru pulang ke rumah tersebut.

Ilustrasi mbah giran (sumber : http://rikyarisandi.blog.widyatama.ac.id/)
Ilustrasi mbah giran (sumber : http://rikyarisandi.blog.widyatama.ac.id/)
Pak giran adalah seseorang lelaki dewasa yang baik, sederhana dan berwibawa di mata ku beruntung sekali ibu berjodoh dengan pak giman dan beruntung pula pak giran yang mendapatkan istri seperti beliau yang sangat pengertian dan penuh kasih sayang.

Bila mengingat kejadian semalam, aku merasa tak enak dengan ibu dimana aku bermanjaan dengan pak giran di depan ibu tetapi ibu tak cemburu maupun marah sedikit pun.

Masih teringat jelas bagaimana semalam aku diperlakukan dengan manjanya oleh pak giran, mungkin kalau aku di posisi ibu bakal cemburu dan marah sejadinya.

Bila saja suami ku melihat kejadian semalam mungkin dia akan marah dan menganggapku wanita murahan dan tak setia karena aku tak menolak sedikit pun saat pak giman merangkul dalam pelukannya dan aku menyadarkan kepala di pundak tuanya.

Mungkin karena aku yang belum mampu beradaptasi dengan cuaca di desa ini yang membuat situasi semalam terjadi dengan begitunya.

Melihat gelegat badan yang agak kedinginan dan mulai merapatkan posisiku kepada pak giran, pak giran pun berinisiatif untuk merangkulkan tangan kirinya ke pundakku.

"kamu kedingin ya ,nduk ?" bisik si bapak sembari merangkul dengan tangan kirinya.

"iya pak, jangan pak gak enak ada ibu ". balas ku sambil melirk ke arah ibu.

"udah nduk, tiduran di paha bapak aja". timpal si ibu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun