Sejak awal memasuki desa hingga kami menginap di rumah pak giran ini, aku merasakan hal berbeda dari biasanya karena desa ini memberikan pemandangan yang indah dan penduduk yang sangat ramah.
Ketika kami memasuki desa ini begitu pula kala menginjakkan kaki dan bertemu dengan pak giman berserta ibu. Pak giran dan ibu menyambut kami dengan penuh rasa kekeluargaan dan kehangatan seperti menyambut anaknya yang baru pulang ke rumah tersebut.
Bila mengingat kejadian semalam, aku merasa tak enak dengan ibu dimana aku bermanjaan dengan pak giran di depan ibu tetapi ibu tak cemburu maupun marah sedikit pun.
Masih teringat jelas bagaimana semalam aku diperlakukan dengan manjanya oleh pak giran, mungkin kalau aku di posisi ibu bakal cemburu dan marah sejadinya.
Bila saja suami ku melihat kejadian semalam mungkin dia akan marah dan menganggapku wanita murahan dan tak setia karena aku tak menolak sedikit pun saat pak giman merangkul dalam pelukannya dan aku menyadarkan kepala di pundak tuanya.
Mungkin karena aku yang belum mampu beradaptasi dengan cuaca di desa ini yang membuat situasi semalam terjadi dengan begitunya.
Melihat gelegat badan yang agak kedinginan dan mulai merapatkan posisiku kepada pak giran, pak giran pun berinisiatif untuk merangkulkan tangan kirinya ke pundakku.
"kamu kedingin ya ,nduk ?" bisik si bapak sembari merangkul dengan tangan kirinya.
"iya pak, jangan pak gak enak ada ibu ". balas ku sambil melirk ke arah ibu.
"udah nduk, tiduran di paha bapak aja". timpal si ibu