Mohon tunggu...
Newbie
Newbie Mohon Tunggu... -

Aliran Naturalisme

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sepenggal Cerita Negeri Ini [Part I]

24 Mei 2016   00:50 Diperbarui: 24 Mei 2016   15:10 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pembuka

Menikah merupakan salah satu tujuan dari melanjutkan regenerasi kehidupan yang terus berlanjut. Tujuan dari menikah juga salah satu perintah Tuhan Yang Maha Esa dalam menghalalkan hubungan kedua lawan jenis yaitu seorang lelaki dan wanita. Dalam pernikahan juga menjadi ladang amal bagi seorang istri dalam menggapai letak surganya di akhirat. 

Bagi seorang wanita yang telah menikah, segala bentuk pengabdian dan perlakukan baik itu perlakuan baik atau buruknya akan berubah terletak pada seorang suami. Perubahan letak yang dulunya dari seorang orang tua kini menjadi seorang suami. Pada ajaran Islam yang telah di muat dalam Kitab Suci Al-quran, sangat menjelaskan bahwa derajat wanita memang sangat mulia di mata Allah. Pada hakekatnya seorang wanita tetap berada di bawah seorang lelaki.

Di zaman Era Globalisasi yang sedang berlangsung ini ditambahnya dengan masukannya Paham Feminisme yang berkembang pesat di penjuru dunia, membuat pergeseran dalam nilai-nilai sesungguhnya makna dari yang telah di muat dalam Al-Quran tersebut. Paham Feminisme sebenarnya tidaklah patut disalahkan, namun yang salah sekarang adalah penerapan-penerapan yang terjadi di kehidupan kita. Penyalahan artian makna di kehidupan kitalah yang menyebabkan Paham feminisme itu menjadi buruk dan tidak sesuai dengan pengaplikasian yang terjadi.

Sebelum adanya Paham Feminisme yang berkembang, dalam Al-quran sudah di jelaskan bagaimana bentuk Hak maupun kewajiban bagi seorang wanita yang sudah menikah atau yang belum menikah. Namun, perkembangan Paham Feminisme yang sedang pesatnya di belahan dunia membuat Indonesia, “Negara Latah” jadi sasaran empuk dalam perkembangan Paham Feminisme.

Seharusnya rasa kebanggaan menjadi Warga Negara Indonesia yang merupakan salah satu Negara dengan sumber kekayaan akan keragaman budaya dan adat istiadat yang dimiliki oleh setiap daerah maupun secara kepulauan.

Rasa kebanggaan itu berubah menjadi rasa sedih kala menyadari betapa “polosnya” warga negara Indonesia yang mudah untuk melupakan keragaman budaya yang terjadi dengan masukannya beberapa budaya barat di Indonesia.

Perubahan yang tanpa kita sadari mengikis sedikit demi sedikit apa itu fungsi dan makna dari Pancasila sebagai landasan negara Indonesia, ketertarikan dan pengembangan akan budaya asli Indonesia di negara Indonesia yang muai terkikis, Paham akan sebuah ideologi yang mudah berubah-ubah di Negara Indonesia seiring dengan pembelajaran yang tak sesuai pengaplikasian.

Berangkat dari dasar-dasar pemahaman di ataslah, saya mencoba menuangkan dalam bentuk sebuah kisah hidup di keseharian yang mungkin bisa menjadi pembelajaran bagi kita.

***

[Aku] Bidadari Surga Suami Ku

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun