"Cari siapa?"
...
Setahun sejak kejadian mengenaskan dimana Yuuta kehilangan sahabat kesayangannya karena kesalahannya sendiri. Sekarang Yuuta di sini, lututnya bertumpu di depan nisan bertuliskan Maki Zenin, sahabatnya. Setelah semua yang Yuuta perbuat, para keluarga langsung menuntut hukuman mati pada Yuuta. Yuuta pun tak menolaknya, ia tahu ia pantas mendapatkannya. Setahun setelah dipenjara, akhirnya tanggal eksekusi Yuuta ditetapkan. Keinginan untuk terakhir kalinya di muka bumi ini sebisa mungkin akan dituruti oleh pihak berwenang. Itulah alasan Yuuta di sini. Bersama 4 orang keamanan untuk narapidana. Menjaganya agar tidak kabur dari hukuman yang akan dilakukan besok.
"Maki-chan, selamat pagi" Sapanya.
 "Gimana keadaan Maki-chan disana? Aku baik di sini dan aku mau laporan, kalau aku udah rajin cuci baju sekarang. Di penjara kalo gak cuci sendiri bisa telanjang aku ga punya baju bersih hehehe. Makanku juga sedikit di sana, chefnya galak melebihi Maki-chan, aku jadi segan. Walaupun makan sedikit, di sana gak ada kamu yang marah karena kekurangan asupan."
"Oh iya, besok kita bakal ketemu di atas sana, apa Maki-chan masih mau ketemu aku?" Yuuta memberi jeda pada perkataannya. "Kalau Maki-chan gak mau maafin gapapa, memang salahku besar sekali buat Maki-chan dan yang lain. Tiap hari aku mau tidur, aku selalu titip salam ke tuhan biar permintaan maafku disampaikan, sudah sampai belum?"
Yuuta mengeluarkan kertas berbentuk bunga sebanyak lima buah dari kantong celananya. "Ini buat Maki-chan, maaf selama ini aku belum jenguk kamu kesini, sekarang jenguk malah cuma bawa bunga kertas, maaf ya Maki-chan, jangan omeli aku nanti." Yuuta tak dapat menahan bulir air mata yang menggenang di pelupuk matanya, mereka mengalir begitu saja sekarang.
"Aku izin pamit ya, semoga kita bertemu lagi"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H