Maki mendongak, memandang Yuuta dengan senyum kecil terukir diwajahnya. Ingatan dari masa ke masa kembali terputar di otak Maki. Sedari kecil, Yuuta memang selalu membalas perbuatan jahat yang orang lakukan kepadanya. Karena Maki hanya berani berkata kasar untuk membalas perbuatan mereka.
"Tapi, aku kan gak mau ada yang tau tentang perbuatanku. Termasuk kamu."
"Hm?"
Mata Maki membola kala perutnya terasa sakit yang teramat sakit. Ia menunduk melihat pisau kecil menancap diperutnya, dorongan keras dari Yuuta membuat darah mengalir dari celah yang dibuat. Bahkan wajah Yuuta masih menampilkan senyum teduh dengan apa yang tengah ia lakukan saat ini.
Dengan sekuat tenaga, Maki melayangkan pukulannya tepat di hidung sang sahabat. Membuat sahabatnya terhuyung ke belakang. Setelahnya, Maki berusaha berlari ke ruang laundry, ia mengambil barang simpanannya di atas rak mesin cuci.
"Maki-chan, kamu dimana?" Suara Yuuta menggelegar. Entah karena Maki panik dan membuat suara berisik atau karena apa, Yuuta tahu keberadaan Maki dan menghampirinya.
'DOR'
Langkah kaki Yuuta terhenti di depan pintu. Pahanya berdarah dan memiliki lubang sekarang. Ia menengok, melihat sahabat kesayangannya, di sana, di dalam ruang sempit itu. Dengan gemetar menggenggam senjata api yang tertuju ke arahnya.
"Wah wah, Maki-chan dapet darimana senjata itu? Aku aja gak punya lho" Ledek Yuuta. Ia berjalan mendekat dengan kaki sedikit terseok-seok.
"Oh aku tahu!"
Maki masih belum bergeming dari tempatnya.