“Mau kemana mir? Mau masuk kerja?” Ibu menyapaku dengan lembut. Ia masuk ke dalam kamar yang pintunya memang tidak ku tutup.
“Ada janji mau ketemu temen bu. Mirna sementara ini ijin gak masuk kerja.” Aku menjawab pertanyaan ibu sambil terus memakai make up.
“Teman pria? Teman apa teman nih?” Ibu bertanya sambil menggodaku.
“Temen kok bu. Temen lama..” Jawabku sambil tersenyum.
Beliau menghampiriku, memegang pundakku sambil melihat wajahku di cermin. Ibu lalu mengambil lipstick di dalam kotak perhiasan dan memutar tubuhku.
“Ah ibu, Mirna buru-buru nih..” Kataku sambil mencoba membalikkan tubuhku keposisi semula.
“Sini, biar ibu yang makein gincu..” Ibu menahan tubuhku, dan langsung mengoleskan gincu warna merah muda di bibir tipisku.
“Anak Ibu memang paling cantik. Gak heran kalau banyak yang suka..” Ibu kembali menggodaku.
“Mir. Kamu sudah cukup umur untuk berumah tangga. Anjas juga sudah cukup besar. Dia butuh sosok ayah Mir.” Kata ibu tiba-tiba.
“Maksud Ibu?” Aku tertegun mendengar perkataan ibu. Tak biasanya dia menyinggung persoalan ini.
“Umur ibu saat ini sudah tua Mir. Ibu pengen ngeliat kamu dan Anjas bisa bahagia..” Ibu melanjutkan perkataannya.