Mohon tunggu...
Try Kusumojati
Try Kusumojati Mohon Tunggu... -

selalu ingin tahu lebih

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Mirna dan Dosa (Rahasia Bayu)

2 Maret 2011   08:48 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:08 934
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

“Hmmm, kita cari tempat yang lebih sepi Mir. Kita ke bukit bintang ya? Nanti pakai mobilku aja.” Kata Bayu.

Sesaat aku terdiam. Bukit bintang. Tempat paling romantis yang pernah ku datangi bersama Bayu. Daerah dataran tinggi yang terdapat di jalan wonosari itu merupakan tempat “pacaran” favoritku dengan Bayu. Kami sering menghabiskan waktu semalaman disana. Bahkan hingga pagi. Karena tempatnya yang tinggi, kita bisa melihat rumah-rumah dan bangunan lainnya yang berada di bawah. Semuanya tampak indah di kala malam, karena lampu-lampu menyala seperti kunang-kunang. Dan tempat ini merupakan tempat yang paling pas untuk menyaksikan keindahan bintang. Mungkin karena itulah tempat ini dinamakan bukit bintang. Aku dan Bayu sering ‘menggabungkan’ bintang-bintang di langit sehingga membentuk sesuatu. Entah itu berbentuk benda, binatang, dan lainnya. Di tempat itulah Bayu pernah berjanji untuk tidak meninggalkanku, apapun yang terjadi. Di tempat itulah Bayu mengutarakan isi hatinya padaku. Di tempat itulah aku mendapatkan ciuman pertamaku. Tempat itu memberiku sejuta kenangan. Sudah lama aku tak pernah kesana, dan itu memang ku sengaja. Karena aku yakin, tempat itu akan membangkitkan kenanganku bersama Bayu. Dan itu artinya, membuka luka lama.

“Maaf, aku gak bisa..” kataku pada Bayu.

Aku beranjak dari kursi, bermaksud hendak pergi meninggalkan tempat itu. Tapi Bayu menahanku. Ia meraih tanganku.

“Please Mir. Please. Aku mohon, kali ini Mir. Hal ini sangat penting Mir. Penting bagi kita..” Bayu memohon padaku..

“Kita? Mungkin hanya penting buat kamu Bayu. Kamu egois!!” Aku menepis tangan Bayu dan berjalan keluar warung.

“Mir. Tolong Mir, kali ini saja Mir. Aku hanya ingin bicara. Setelah itu terserah kamu Mir..” Bayu menarik tanganku. Ia berlutut dan memohon padaku.

Tentu saja tingkah Bayu menjadi perhatian orang-orang yang sedang makan di warung itu. Aku menjadi malu.

“Lepasin aku. Malu di liatin orang banyak tau!!” Kataku sambil berusaha melepas tangan Bayu dari lenganku.

“Enggak Mir. Aku gak akan lepas tanganku, aku gak akan berdiri sampai kamu bilang iya.” Bayu terus memohon padaku.

“Iya iya. Tapi kamu berdiri dulu, aku malu di liatin orang..”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun