“Berantem ama cowoknya ya mba?”tanya sopir taxi mencoba ramah.
Aku hanya diam, tidak menjawab. Dadaku sesak, sangat sesak. Aku hanya bisa menangis. Menangisi nasibku. Tadinya aku sempat berharap Bayu akan benar-benar kembali. Setelah mengetahui kebusukkan Om Jerry, hanya Bayu-lah satu-satunya harapan bagiku, harapan bagi Njas untuk mempunyai seorang ayah. Tapi aku semakin tidak yakin setelah perbuatannya tadi. Aku sungguh muak. Aku memang seorang pelacur, tapi aku tak seburuk itu. Setidaknya untuk Bayu. Aku tak ingin dia hanya memanfaatkanku sebagai seorang pelacur. Kalau seperti itu, dia tak ada bedanya dengan para lelaki hidung belang yang hanya ingin menikmati tubuhku. Terbayang perkataan Ibu tadi sore. Maaf ibu, aku belum bisa memenuhi permintaanmu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H