Mohon tunggu...
Try Kusumojati
Try Kusumojati Mohon Tunggu... -

selalu ingin tahu lebih

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Mirna dan Dosa (Rahasia Bayu)

2 Maret 2011   08:48 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:08 934
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Tangannya yang lembut telah selesai memberi warna pada bibirku. Aku membalikkan tubuhku dan melihat ke arah cermin. Kini bibir tipisku telah berubah warna menjadi merah muda. Kupalingkan wajahku dari cermin, lalu kutatap wajah ibu. Wajah penuh keriput, tapi masih lembut, masih bercahaya. Kusandarkan kepalaku di pundak wanita tua yang telah mempertaruhkan hidupnya untuk membesarkanku.

“Mirna sudah sangat bahagia bu. Mirna punya segala yang Mirna mau. Mirna punya seorang ibu yang sangat baik. Mirna juga punya seorang anak yang lucu. Semua itu adalah kebahagiaan yang tak akan tergantikan bu..” Kataku sambil memeluk pinggang ibu.

“Tapi Ibu sudah tua mir. Ibu gak akan hidup selamanya. Ibu gak tau umur ibu sampai kapan. Dan sebelum Ibu pergi, Ibu pengen ngeliat kamu dan Njas bahagia. Ibu pengen kamu punya seorang suami yang bisa menjagamu. Ibu pengen Anjas punya seorang ayah yang bisa dia jadikan teladan, yang bisa melindunginya, yang bisa dia banggakan Mir.” Kupandangi wajah ibu, matanya berkaca-kaca. Aku terdiam. Dalam hatiku, aku membenarkan perkataan ibu. Suatu saat, kami pasti akan terpisahkan. Terpisahkan oleh waktu. Tapi tak pernah sekalipun aku berfikir tentang hal itu . Membayangkannya saja membuat hatiku perih. Entah seperti apa jadinya hidupku dan Njas kalau Ibu sudah tidak ada.

“Mir..Coba kamu lihat mbah Karti. Usianya lebih tua dari Ibu. Beliau pernah ngobrol dengan ibu. Beliau bilang, seandainya beliau mati hari ini juga, beliau sudah bisa tenang. Karena Dina, anak satu-satunya yang ia punya telah memiliki keluarga. Dina telah memiliki seorang suami yang baik, ayah dari Aldo. Ibu pengen kamu seperti itu Mir..”

“Jadi ibu pengen Mirna jadi istri kedua Bu?” Aku sedikit sewot dengan perkataan ibu.

“Bukan Mir, bukan seperti itu. Maksud ibu, kalau kamu bisa bahagia dengan pria yang kamu pilih, dan kalau pria itu bisa bertanggung jawab terhadap kamu dan Njas, kenapa tidak Mir? Ibu tidak menyuruh kamu untuk mau menjadi istri kedua. Tetapi kamu sendiri harus melihat kondisimu Mir. Kamu adalah seorang perempuan muda yang telah mempunyai seorang anak. Jaman sekarang, sudah sangat jarang ada pria muda yang mau menerima kondisi seperti itu Mir.” Air mataku menetes mendengar perkataan ibu. Pikiranku langsung tertuju pada Om jerry. Lelaki tua bajingan. Oh seandainya ibu tau siapa Om jerry sebenarnya. Suami mbak Dina dan ayah dari Aldo itulah yang suatu saat ingin kuperkenalkan kepada ibu. Tapi untung saja hal itu belum sempat kulakukan.

Ketika sedang menikmati belaian lembut ibuku, aku di kejutkan oleh suara hp. Telepon dari Bayu.

“Mir, hari ini jadi kan? Kamu aku jemput ya? Alamat kamu di mana?”

“Gak usah. Aku bawa motor sendiri.” Klik. Aku langsung mematikan Hp.

“Kok kasar banget sih Mir?” Tanya ibu keheranan.

“Ah gak apa-apa bu, sudah biasa..” jawabku singkat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun