Malam ini Pepen dapat sms. Sms misterius yang terkirim dini hari. Pepen nggak langsung membaca isi pesan di dalam sms, karena masih ngantuk dan terlelap dengan mimpi indahnya. Ketika subuh tiba dan suara adzan sudah berbunyi barulah dia membuka sms misterius itu.
"Masih ingat dengan aku kan ? Si Jolly Angel ?" isi pesan singkat yang ada di ponsel Pepen.
Pepen tersenyum kecut. Ada apa cewek itu malam-malam kirim sms ? Bukankah dia sudah hepi dengan suaminya ?
Jolly Angel memang pernah menjalin kisah asmara dengan Pepen ketika masih semester tiga di kampus biru. Namun kini 15 tahun sudah mereka tidak menjalin komunikasi. Di samping si Jolly Angel sudah menikah, Pepen pun tak ingin merusak kerharmonisan rumah tangga si Jolly Angel.
Ketika resepsi pernikahan Pepen hadir dan sempat ngucapin selamat kepada si Jolly Angel. Walau sebenarnya hati Pepen remuk redam.
***
Usut punya usut ketika Pepen konfirmasi lebih lanjut ternyata si Jolly Angel lagi "home alone". Katanya hampir satu bulan suaminya ditugaskan ke Aussie.
"Hmm...lalu ngapain dia mesti kontak gue ?" pikir Pepen.
Pepen nggak ingin hanyut ke masa silam. Ujung-ujungnya si Jolly Angel ingin kopi darat. Tapi di dalam benak Pepen mana mungkin bisa kopi darat. Pepen saat ini tinggal di Yogya, sedang si Jolly Angel tinggal di Batam.
"Sudahlah kita nggak mungkin kopi darat !" jawab Pepen ketika menerima telpon dari Jolly Angel.
Tapi ini benar-benar sudah gila. Jolly Angel nekat beli tiket pesawat ke Yogya cuma hanya ingin bertemu dengan Pepen. Mantan yang tak terlupakan kata Jolly Angel.
Akhirnya Pepen pun menyerah. Terpaksa Pepen menjemput Jolly Angel di bandara. Setelah menunggu hampir satu jam di terminal kedatangan, Pepen melihat seorang wanita dengan gayanya yang khas dan masih berambut pendek.
"Rupanya dia masih konsisten dengan rambut pendeknya," pikir Pepen dalam hati. Rambut pendek dengan gaya mirip seorang polwan. Itu dulu yang membikin Pepen sempat jatuh hati dengan Jolly Angel.
***
Setelah mereka saling bertemu, tak lama kemudian Pepen dengan mobilnya melaju meninggalkan bandara. Di dalam mobil Pepen tidak banyak bicara. Mirip seorang sopir yang sedang mengantar majikan belanja ke swalayan. Pepen tak tahu harus ke mana. Tiba-tiba dia membelokkan mobilnya ke SPBU.
"Kita isi BBM dulu ya ?" kata Pepen ke Jolly Angel.
Setelah isi BBM, Pepen langsung mengajak Jolly Angel ke rest area yang ada di SPBU.
"Kok malah mampir di sini sih ?" tanya Jolly Angel.
"Di sini juga nyaman kok," jawab Pepen.
"Lagian kalau kita ke cafe toh ujung-ujungnya kamu juga mau curhat kan ?" taya Pepen.
"Ya, sih. Tapi nggak di tempat yang kayak begini," jawab Jolly.
"Sudahlah jangan banyak cing cong!" potong Pepen sambil dia segera memesan minuman dingin ke pelayan.
Hampir lima menit mereka duduk dan terdiam tidak ada pembicaraan. Lalu Pepen mulai bicara.
"Kamu masih ingat mIRC ?" tanya Pepen.
"Ya, lah."
"Akun kamu masih aktif ?," tanya Pepen lagi.
"Nggak lah."
"Nah, kalau begitu sama dengan hubungan kita. Aku juga nggak pakai aplikasi itu lagi," jawab Pepen.
"Sudah jadul".
Jolly Angel melempar pandangan ke arah petugas SPBU yang sedang mengisi BBM. Sambil sejenak ia menyeruput minuman dingin. Lalu Jolly ganti angkat bicara.
"Aplikasi itu memang sudah jadul, tapi bagiku kamu tetap yang terbaik."
"Terbaik ?" tanya Pepen. "Lalu mengapa kamu musti kawin dengan cowok lain?"
"Sudahlah, Pen. Aku menyerah karena suamiku itu sebenarnya pilihan orang tuaku."
***
Hati Pepen sebenarnya sudah beku dan membiru. "Aku tak mungkin mengulang kisah kita seperti jamannya mIRC dulu," kenang Pepen.
"Dulu ibarat mIRC kau adalah idola bagiku, namun sekarang sudah banyak bertebaran aplikasi yang serupa. Entah itu YM, BBM, Line, WA dan sejenisnya.
"Jaman sudah berganti, Dewi !"
"Kau masih ingat nama asliku ?" tanya Jolly Angel.
"Ya, memang ada yang salah ? Atau dibelakang namamu sekarang sudah ada nama baru ? Dewi Ariseti Joyonagoro ?"
"Ah, jangan kau bawa-bawa nama suamiku. Cukup !"
Pepen terdiam. Dia enggan bicara dengan Jolly Angel. Sejenak Pepen mengambil sebatang rokok. Lalu dihisapnya sebatang rokok itu.
Tiba-tiba Pepen bertanya kepada Jolly Angel, "Apa kamu masih ingat nicknameku di mIRC ?"
"Masih."
"Nick name yang terlalu norak."
"Black Sunday, nick name apaan tuh ?"
"Alah, kalau memang norak, lalu ngapain kamu bela-belain sampai di sini ?"
"Nick name-nya emang norak, tapi orangnya sih tetep ganteng."
Pepen ingin tersenyum sendiri mendengar perkataan jujur dari si Jolly Angel. Hingga akhirnya mereka terlalu larut dalam kenangan dan nostalgia. Namun Pepen adalah Pepen dan Dewi adalah Dewi. Dua sosok beda jenis kelamin itu kini sudah memiliki status yang berbeda.
Pepen mengambil sebuah foto dari dalam dompetnya. "Ini jolly angel KW-1," kata Pepen. Dewi sangat penasaran, cewek mana sekarang yang mengambil hati Pepen. "Oh, ini jolly angel KW-1 ?" tanya Dewi.
"Ya."
"Siapa namanya ?"
"Hampir mirip dengan namamu, tapi huruf awalnya saja."
"Detta," jawab Pepen singkat.
"Orang mana ?"
"Bandung."
"Kenal di mana ?"
"Whatsapp !"
Dewi terdiam sejenak. Dia melamun, angannya melayang. Akhirnya dia sadar. Jaman mIRC memang telah tergeser oleh WA. Dia nggak mungkin menggantikan WA yang sedang popular dengan mIRC yang sudah jadul.
"Tapi, aku senang masih bisa bertemu denganmu Black Sunday !"
"Ngomong-ngomong anakmu berapa ?"
"Satu," jawab Pepen dengan santai.
"OK, kalau begitu habis ini aku mau ke hotel. Pilihkan yang terbaik ya ?" pinta Jolly Angel.
"Dengan senang hati," jawab Black Sunday.
Pepen alias Black Sunday lalu meluncurkan mobilnya ke hotel yang terbaik di Yogya. Namun Pepen hanya mampu mengantar di halaman parkir, tidak ikut masuk ke hotel. Dan dia biarkan si Jolly Angel dengan gayanya yang khas seperti polwan berpangkat Letnan.
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H