Berpikir positif membuat siswa percaya diri dalam memilih keputusan yang cepat dan tepat. Selain itu, ketika siswa dapat berpikir positif, maka akan membuat siswa memiliki rasa percaya diri yang baik sehingga dapat menarik perhatian orang dan orang tersebut merasa nyaman ketika berdekatan dengan siswa yang memiliki pemikiran positif.
- Â Bisa Mengatur Waktu Lebih Baik. Dengan meningkatnya fokus serta kemampuan membuat keputusan yang lebih baik, siswa akan lebih terorganisir, hal ini akan membantu siswa untuk mendapatkan lebih banyak waktu bagi diri sendiri dan orang yang dicintai. Bepikir positif tak hanya bisa meningkatkan fokus namun dengan berpikir positif siswa lebih bisa mengatur waktu dengan baik sehingga akan mengarahkan siswa pada kebahagiaan dan keberhasilan.
Aspek-aspek Berpikir PositifÂ
Berpikir positif merupakan usaha mengisi pikiran dengan berbagai hal positif atau muatan yang positif, adapun tercakup aspek-aspek berpikir positif sebagai berikut (Albrecht 1994):
- Harapan yang positif (positive expectation) Ketika individu mendapatkan masalah, maka aspek harapan yang positif akan mengarahkan pikirannya untuk melakukan sesuatu dengan lebih memusatkan perhatiannya pada kesuksesan, optimisme, pemecahan masalah, menjauhkan diri dari perasaan takut gagal, serta memperbanyak penggunaan katakata yang mengandung harapan, seperti: "saya dapat melakukannya", "mengapa tidak", dan sebagainya.
- Afirmasi diri (self affirmation) Dengan aspek afirmasi diri ini, ketika seseorang mendapat masalah maka dia akan lebih memusatkan perhatiannya pada kekuatan diri, kepercayaan diri dan melihat dirinya secara positif dengan dasar pikiran bahwa setiap individu sama berartinya dengan orang lain.
- Pernyataan yang tidak menilai (non judgment talking) Suatu pernyataan yang lebih menggambarkan keadaan dari pada menilai keadaan dan tidak fanatik dalam berpendapat. Pernyataan yang tidak menilai ini bertujuan sebagai pengganti pada saat seseorang cenderung memberi pernyataan atau penilaian yang negatif. Aspek ini akan sangat berperan ketika seseorang menghadapi keadaan yang cenderung negatif.
- Penyesuaian diri yang realistis (reality adaptation) Dengan aspek penyesuaian diri yang realistis ini, seseorang yang menghadapi masalah akan berusaha untuk menyesuaikan diri dengan kenyataan yang terjadi. Dia akan menerima masalah dan berusaha menghadapinya, menjauhkan diri dari penyesalan, frustrasi dan menyalahkan diri.
- Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat empat faktor yang berkaitan dengan berpikir positif yaitu harapan yang positif (positive expectation), afirmasi diri (self affirmation), pernyataan yang tidak menilai   (non judgment talking) dan penyesuaian diri yang realistis (reality adaptation).
Langkah-Langkah Berpikir PositifÂ
Berpikir positif bukanlah cara berpikir yang muncul dengan instan, namun memerlukan beberapa langkah-langkah agar bisa melakukan kemampuan berpikir positif itu. Menurut Ubaedy (dalam Munashiroh, 2008), ada tiga langkah dalam berpikir positif, yaitu:
- Menemukan pelajaran spesifik yakni dengan mengaktifkan pikiran untuk menemukan pelajaran-pelajaran spesifik yang benar-benar cocok untuk keadaan diri hari ini. Karena tidak mungkin menyerap hikmah secara keseluruhan dalam satu waktu, maka paling penting adalah menyerap hikmah yang relevan sebagai bahan koreksi diri.
- Menggunakan pelajaran yang sudah didapatkan dalam hal spesifik atau dalam usaha meraih keinginan berikutnya.
- Membuka diri atas berbagai pelajaran positif yang diilhamkan oleh kesalahan diri sendiri, nasehat, dan seterusnya. Menyimpan dan menggunakan pengetahuan yang sudah didapat serta mempersiapkan diri untuk menerima pengetahuan baru.
Selain yang telah dikemukan oleh Ubaedy di atas, Andrea (2011) juga menjelaskan beberapa langkah untuk menuju pikiran positif dalam kehidupan, yaitu:
- Kuasai pikiran dengan penuh keyakinan
- Tetapkan pikiran pada apa yang diinginkan
- Singkirkan semua pikiran negatif
- Berikan sugesti positif pada diri sendiri
- Selalu bertoleransi
- Gunakan kekuatan doa
- Tetapkan tujuan
Pengertian Tehnik RefremingÂ
Reframing adalah keajaiban yang tersembunyi di balik sudut pikiran manusia. Reframing adalah proses mengubah cara kita memandang atau memahami suatu situasi atau peristiwa menjadi lebih positif. Proses ajaib ini dapat mengubah pola pikir kita menjadi cahaya yang menyinari kegelapan dalam hati. Ketika kita dihadapkan pada situasi yang sulit atau kegagalan, reframing mengajak kita untuk melihat dengan mata yang baru dan hati yang terbuka. Reframing adalah seni yang memungkinkan kita melihat peluang di tengah kesulitan, mengubah kegagalan menjadi batu loncatan untuk sukses, dan menemukan kebahagiaan dalam hal-hal sederhana.
Menurut Suharli (2009) "reframing berasal dari kata Freming  (pengulangan) dan framing (pembingkaian) jadi reframing adalah teknik membingkai ulang sebuah kejadian dengan cara mengubah sudut pandang atas kejadian tersebut". Darminto (2007) mengungkapkan bahwa teknik reframing digunakan untuk membantu konseli membentuk atau mengembangkan pikiran lain yang berbeda tentang dirinya. Namun sebelumnya peneliti akan menjelaskan salah satu pendekatan konseling dalam bimbingan dan konseling yang membahas salah satu teknik-teknik konseling tentang reframing yaitu Rational-Emotive Behavior Therapy (REBT) yang dikembangkan oleh Ellis pada tahun 1962, dimana teknik ini memandang bahwa manusia adalah makhluk yang berpotensi.
Reframing bukanlah sekadar perubahan pola pikir, tetapi perjalanan batin yang membebaskan kita dari belenggu pikiran negatif dan membawa kita ke tempat yang penuh kasih dan makna. Contoh reframing dalam mengubah pemikiran negatif menjadi lebih positif sering dijumpai saat seseorang sedang dalam keadaan kecewa, menyesal, sedih, dan emosi negatif lainnya. Ketika terdapat
seorang yang tidak lulus dalam mata kuliah misalnya, dalam hati orang tersebut pasti mengatakan "Kenapa saya gagal dalam mata kuliah ini. Apakah saya tidak cerdas?. Apa lebih baik besok menyontek saja ya?" Dari pada berpikiran seperti itu, lebih baik ubah saja pemikiran tersebut menjadi lebih postif dan menimbulkan emosi positif.