Mohon tunggu...
Tri Lego Indah Fitrianingsih
Tri Lego Indah Fitrianingsih Mohon Tunggu... pengajar -

MamahMuda yang suka ngeblog || Anggota @tapisblogger || volunteer @rumahpermata

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sri Sang Pustakawan

21 Mei 2012   20:06 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:00 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

***

Selesai sudah pekerjaanku, saatnya kembali ke kamar. Kuhempaskan badanku yang mulai lelah. Kucoba untuk memejamkan mata, mengurangi rasa penat setelah melakoni rutinitas hari ini.

***

“Sri, kamu itu ngapain to nduk?” Nenek bertanya keheranan melihat polahku selesai berbelanja.

“Lagi baca Nek, mumpung gratis,” jawabku sambil mataku tetap asyik merunut kata demi kata yang tercetak di sepotong koran harian maupun majalah bekas yang jadi pembungkus belanjaan kami.

Aku selalu bersemangat jika diminta nenek untuk berbelanja di pasar. Karena artinya aku bisa mendapat banyak potongan-potongan koran bekas. Kadang aku dengan sengaja membawa beberapa tumpuk daun pisang untuk aku tukar dengan beberapa lembar koran harian bekas. Walaupun lusuh aku tetap bahagia membawa serta pulang koran bekas itu beserta hasil belanjaan dalam keranjang plastik.

“Buku adalah jendela ilmu, jika ingin melihat dunia, maka rajinlah membaca buku,” sebaris kalimat yang diucapkan bu Soraya Usman-guru bahasa Indonesiaku saat menyudahi pelajaran, selalu saja terngiang di telingaku.

“Prihatin, rajin benar kau ke perpus. Mau jadi profesor ya, halah! orang desa kayak kita itu ya nantinya juga bakal jadi buruh di sawah, paling banter juga jadi babu, ngapain susah-susah belajar.” Ledekkan teman-temanku semasa sekolah dulu yang hanya kubalas dengan seulas senyum. Aku malas mendebat karena hanya akan menghabiskan energiku.

Anganku menerawang menembus sudut langit kamarku. Semua peristiwa masa lalu saat di desa terekam jelas di memori otakku. Pandanganku terhenti ketika aku melirik pada ayam jago plastik di atas lemari pakaianku.

Prang ..!

Kupungut rupiah yang berserakan di lantai kamarku. Kupecahkan celenganku yang sudah cukup berat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun