Mohon tunggu...
Tri Indriyani
Tri Indriyani Mohon Tunggu... Administrasi - Mahasiswa

Mahasiswa Akuntansi dengan pengalaman kerja pada bidang administrasi, manajemen keuangan, dan manajemen inventaris. Memiliki kemampuan dalam manajemen dokumentasi keuangan seperti faktur, invoice, dan surat penawaran, mampu mengelola proses pembayaran dengan pihak vendor, supplier, atau pemasok barang, dan menyusun laporan arus kas baik secara harian, mingguan, atau bulanan melalui Microsoft Excel. Selain daripada itu, memiliki kemampuan interpersonal yang baik seperti komunikasi dan kerja sama. Saat ini memiliki keinginan untuk kembali mengembangkan kemampuan administrasi dan manajemen keuangan di lingkup profesional.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Analisis Pengaruh Rasio Solvabilitas dan Rasio Likuiditas Terhadap Kinerja Keuangan

24 Oktober 2024   14:02 Diperbarui: 24 Oktober 2024   14:24 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Rasio likuiditas, dengan demikian, tidak hanya penting sebagai alat evaluasi internal bagi manajemen perusahaan, tetapi juga memberikan informasi berharga bagi investor dan pihak luar lainnya yang tertarik dengan kestabilan keuangan dan kemampuan pembayaran perusahaan.

2.1.4.3 Jenis-Jenis Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas perusahaan dapat diukur melalui berbagai jenis rasio yang dirancang untuk mengevaluasi sejauh mana perusahaan mampu memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan sumber daya yang tersedia. Perhitungan rasio-rasio ini memberikan gambaran menyeluruh mengenai posisi kas perusahaan dan kemampuan konversi aset lancar menjadi kas yang diperlukan untuk membayar kewajiban yang segera jatuh tempo. Adapun jenis-jenis rasio yang ada dalam rasio likuiditas antara lain:

1. Rasio Lancar (Current Ratio)

Menurut Kasmir (2015, hal. 134), rasio lancar adalah alat ukur yang digunakan untuk mengevaluasi kemampuan sebuah perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek atau utang yang akan segera jatuh tempo saat ditagih secara keseluruhan (NAPITU 2020). Semakin tinggi nilai rasio lancar, semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar utang-utangnya yang akan jatuh tempo dalam waktu dekat. Oleh karena itu, rasio lancar menjadi indikator penting bagi kreditor, investor, dan manajemen perusahaan untuk mengevaluasi kekuatan keuangan dan kemampuan likuiditas perusahaan dalam menghadapi kewajiban jangka pendeknya. Menurut Hanafi dan Halim (2018:202), rasio lancar dihitung dengan membagi aktiva lancar dengan hutang lancar. Rasio ini mengindikasikan jumlah kas yang dimiliki perusahaan bersama dengan aset-aset lain yang dapat diubah menjadi kas dalam satu tahun ke depan, dalam kaitannya dengan jumlah hutang yang jatuh tempo dalam jangka waktu dekat (biasanya tidak lebih dari satu tahun), pada tanggal tertentu seperti yang tercatat dalam neraca (Roudhotul Badriah 2021). Rumus yang dapat digunakan untuk menghitung rasio lancar atau current ratio sebagai berikut:

CR = Aset lancar / Utang lancar

2. Rasio Cepat/Rasio Sangat Lancar (Quick Ratio atau Acid Test Ratio)

Menurut Kasmir (2014) Quick Ratio digunakan untuk mengevaluasi kemampuan sebuah perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek dengan menggunakan aset yang sangat likuid, kecuali persediaan (PUTRI 2023). Aset yang sangat likuid ini dapat segera dikonversi menjadi kas untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo. Oleh karena itu, quick ratio memberikan gambaran yang lebih ketat mengenai likuiditas perusahaan dibandingkan dengan rasio lainnya seperti rasio lancar, karena tidak memasukkan persediaan dalam perhitungannya. Menurut Fahmi (2020), Quick Ratio merupakan ukuran yang lebih detail untuk menguji rasio jangka pendek dibandingkan rasio lancar karena dalam pembilangnya mengeliminasi persediaan yang dianggap kurang likuid dan berpotensi menjadi sumber kerugian (Nur'Aini 2020). Rumus yang dapat digunakan untuk menghitung rasio cepat atau Quick Ratio adalah sebagai berikut:

 QR = Aset lancar - Persediaan / Utang lancar

3. Rasio Kas (Cash Ratio)

Menurut Kasmir (2019), Cash Ratio adalah sebuah alat yang digunakan untuk mengevaluasi seberapa besar ketersediaan uang kas yang dimiliki perusahaan untuk dapat membayar utang jangka pendeknya (Nur'Aini 2020). Ratio ini mengukur proporsi antara jumlah uang kas dan setara kas perusahaan dengan total utang jangka pendek yang harus dibayar dalam waktu dekat. Semakin tinggi nilai Cash Ratio, semakin besar kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya hanya dengan menggunakan uang kas yang tersedia. Rumus yang dapat digunakan untuk menghitung rasio kas adalah sebagai berikut:

CSR = Kas + Setara kas / Utang lancar

4. Rasio Perputaran Kas (Cash Turn Over)

Rasio perputaran kas, menurut James O. Gill dalam Kasmir (2019: 140), berfungsi untuk mengukur tingkat kecukupan modal kerja yang tersedia dalam perusahaan dan bagaimana modal kerja tersebut digunakan untuk mendukung berbagai aspek operasional, khususnya dalam hal membayar tagihan dan membiayai penjualan. Rasio ini memberikan indikasi mengenai seberapa efektif perusahaan dalam mengelola kas yang dimilikinya dan seberapa baik perusahaan dapat mengkonversi aset lancar menjadi kas yang diperlukan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek.. Selain itu, rasio ini juga membantu perusahaan dalam merencanakan dan mengelola kebutuhan likuiditasnya, serta dalam mengidentifikasi potensi masalah dalam pengelolaan kas yang dapat mempengaruhi kelancaran dan keberlanjutan operasi bisnis. Rumus yang dapat digunakan untuk menghitung rasio perputaran kas adalah sebagai berikut:

CTO = Penjualan bersih / Modal kerja bersih

5. Inventory To Net Working Capital

Menurut Kasmir (2019: 141), Inventory to Net Working Capital adalah sebuah rasio yang digunakan untuk mengukur atau membandingkan antara jumlah sediaan atau persediaan yang dimiliki perusahaan dengan modal kerja yang tersedia. Modal kerja tersebut dihitung sebagai selisih antara total aset lancar perusahaan dan total utang lancar yang harus dibayar dalam jangka pendek. Rasio ini penting untuk mengevaluasi efisiensi pengelolaan persediaan dalam kaitannya dengan likuiditas perusahaan, karena menunjukkan seberapa banyak dari modal kerja yang digunakan untuk menyimpan barang dagangan yang belum terjual. Hal ini juga membantu manajemen dalam mengidentifikasi potensi masalah dalam pengelolaan persediaan, seperti apakah perusahaan memiliki terlalu banyak atau terlalu sedikit stok yang dapat mempengaruhi ketersediaan barang untuk dijual dan likuiditas perusahaan secara keseluruhan. Rumus yang dapat digunakan untuk menghitung rasio Inventory To Net Working Capital adalah sebagai berikut:

ITNWC = Inventory / Current assets - Current Liabilities

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun