Mohon tunggu...
TRI HANDOYO
TRI HANDOYO Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis esai, puisi, cerpen dan novel

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Ikrar Sang Pendekar (119): Tukang Kebun Di Sarang Penyamun

27 Desember 2024   04:52 Diperbarui: 27 Desember 2024   04:52 677
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen Tri Handoyo

Walaupun baru mengenalnya, Lintang dapat merasakan ketegaran hati dan keberanian Ki Renggo. "Saudara-saudara sekalian, mohon maaf bukan berarti saya mau mencampuri urusan perguruan anda," kata Lintang dengan sikap tenang, "Akan tetapi karena Ki Renggo saat ini menjadi tamu kami, maka keselamatannya akan menjadi tanggung jawab kami. Anda juga mendengar bahwa Ki Renggo terpaksa harus mempertahankan diri. Jadi saya harap saudara sekalian bersabar dan bersedia menyelesaikan urusan dengan Ki Renggo di luar padepokan kami!"

"Maaf Guru Lintang, kalau begitu usir saja pengkhianat itu sekarang juga, biar kami segera selesaikan di luar!"

"Sabar. Tidak bisa main usir begitu!" jawab Lintang sambil tersenyum menenangkan, "Anda pasti diajari oleh guru anda tentang tata krama bukan?"

"Berarti intinya anda melindungi seorang penjahat!"

"Anda sendiri tadi mendengar penjelasan Ki Renggo bahwa dia mempertahankan diri karena diserang! Dia tidak berniat membunuh! Siapa pun berhak membela diri, bukan?"

"Karena sudah mengkhianati kami, maka dia diserang! Harap anda tahu, kami inilah yang menjadi korban!"

"Coba jelaskan pengkhianatan macam apa yang telah dilakukan oleh Ki Renggo? Bukankah Ki Renggo hanya seorang tukang kebun di perkumpulan besar Intijiwo yang sangat termasyur? Bagaimana mungkin dia bisa mengkhianati kalian, sehingga kalian mengaku sebagai korban?"

Ki Wakut menjadi salah tingkah dan terdiam beberapa saat. Ia kemudian menyampaikan pesan Ki Dewan. "Oh iya, ada yang sangat penting untuk anda dengar, Ki Dewan bilang ia bersedia menukar Kitab Pusaka Sakti Mandraguna yang ada pada beliau dengan nyawa pengkhianat ini!"

Betapa kaget Lintang mendengar itu. 'Bagaimana mereka bisa mendapatkan kitab itu? Apakah Gala bergabung dengan Intijiwo?' Meskipun banyak pertanyaan berkecamuk dalam benaknya, tapi ia tetap menampakan sikap tenang. "Apakah ada anggota Intijiwo yang bernama Manggala?"

Sesaat mereka saling melempar pandang sebelum akhirnya Ki Wakut menjawab, "Sepertinya tidak ada. Kalau dia anggota lama, pasti kami mengenalnya. Gak tahu kalau baru gabung! Memangnya kenapa?"

"Ah tidak apa-apa. Untuk kalian ketahui, nyawa manusia lebih penting ketimbang kitab! Tolong sampaikan kepada Ki Dewan, saya tidak butuh kitab itu!" Di dalam hati Lintang akan berniat mengirim muridnya untuk menyelidiki perkumpulan Intijiwo yang mengaku memiliki Kitab Pusaka yang dicuri itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun