"Guru saya dulu," tutur Mbah Misir, "Meninggal setelah dilemparkan oleh jin yang merasuki tubuh seorang bocah kecil. Sebelumnya, guru saya itu sudah mencoba mengusir jin itu sampai berkali-kali!"
"Roh-roh jahat itu memang tak begitu saja 'menyerah' dan langsung pergi dengan sekali ritual pengusiran!" sambung Kanjeng Wotwesi, "Mereka ahli mengecoh. Bisa pura-pura menyerah padahal tidak. Mereka akan kembali lagi begitu kita lengah. Aku sangat mengenal watak mereka. Aku sampai bisa mencium bau napas dan mendengar suara asli mereka!"
Semua orang tampak antusias menyimak penjelasan kanjeng yang mereka percaya memang memiliki ilmu sangat tinggi. Terutama ilmu tentang dunia gaib.
"Sebenarnya bagaimana makhluk halus tersebut awalnya bisa berada di dalam tubuh manusia, memang tidak selalu karena kiriman!" Kanjeng Wotwesi melanjutkan, "Bisa juga karena keturunan, di mana pendahulu orang tersebut pernah melakukan perjanjian dengan makhluk halus, sehingga ia kemudian terikat dengan perjanjian itu. Bisa juga karena seseorang menyimpan dan merawat jimat atau pusaka yang berkhodam!"
Mbah Misir menambahkan, "Yang jelas, pada dasarnya jin yang masuk ke dalam tubuh manusia itu bisa dipastikan adalah jin jahat!"
***
Ki Renggo menunggu ketua kelompok tingkat tujuh selesai memberi pelajaran kepada anggota baru. Pelajaran yang dianggap pengetahuan dasar bagi setiap anggota Intijiwo, yang kebanyakan dari mereka tidak paham kenapa harus mempelajari hal tersebut. Mereka antusias belajar tanpa tahu tujuannya.
"Para guru kita telah melakukan penelitian tentang perubahan yang mendasar pada musang, yang dapat dilihat dari perubahan pada kulit dan bulunya!" papar si pelatih, dilakukan di dekat kolam ikan dengan suasana tenang dan hawa petang yang sejuk.
Ada puluhan musang yang dipelihara dalam sangkar besar di tempat itu dan ada puluhan kulit musang yang sudah dikeringkan. Di bawah penerangan obor-obor, pelajaran petang itu adalah menunjukkan corak tertentu di kulit yang sudah dikeringkan. Untuk kulit dan bulu dengan corak tertentu adalah musang murni, corak lainnya adalah musang yang memiliki sifat siluman musang.
Ketika melihat ada kesempatan, Ki Renggo segera menghampiri si pelatih dan menyampaikan bahwa dirinya minta ijin pulang karena ada urusan keluarga. Kebetulan sekali saat itu Ki Dewan dan Ki Jangkar berada di tempat itu, sehingga sekalian berpamitan kepada mereka. Kedua orang yang paling dekat dengan Kanjeng itu sedang memberi makan musang-musang. Kebiasaan yang mereka sukai di saat-saat senggang.
"Mau ijin berapa lama Ki Renggo?" tanya si pelatih.