Oleh: Tri Handoyo
Asap dari dupa wangi diyakini bisa mengusir roh jahat dan sekaligus merupakan persembahan bagi roh, baik untuk berkenan hadir dan untuk tinggal menetap.
Seorang dukun membawa tungku kecil tempat bara membakar dupa mengelilingi sekitar ruang. Seorang dukun pembantu yang membawa obor kecil mengikuti di belakang. Mereka mengelilingi ruangan itu searah jarum jam sebanyak tiga kali, kemudian berhenti di dekat dasar pintu utama, mengangkat tinggi-tinggi melewati kepala Kencana dan memutarnya sebanyak tiga kali pula.
Dukun pertama lalu mengambil kantung berisi garam dan sambil membaca mantra menaburkannya di sudut-sudut ruangan. Menurutnya, makhluk halus tak akan bisa mengejar jika terdapat garam kasar di dalam ruangan. Kelihatan sepele, namun garam rupanya termasuk salah satu benda yang paling dibenci makhluk halus.
"Aah..!" jerit Kencana, tak kuasa menahan sakit tatkala Kanjeng Wotwesi yang dibantu dua orang dukun melakukan tahapan pengusiran makhluk halus yang menguasainya.
"Pergi kalau kau tidak ingin mati setan keparat!" ancam Kanjeng Wotwesi. Tampak mulutnya terus berkecumik membaca mantra-mantra.
"Aah..! Sakit!" teriakan parau kembali terlontar dari mulut Kencana. Tubuhnya bergetar hebat saat merasakan ada suatu energi yang menerjang, mencoba mendesak roh jahat keluar. Kedua energi yang bertolak belakang itu bertarung di dalam tubuhnya. "Sakiiit..!"
"Cepat pergi atau mati!"
Kencana perlahan kehilangan kesadaran dan mengamuk, berteriak mengumpat sambil matanya yang merah melotot mengerikan. "Kau yang keparat! Bunuh saja aku kalau berani, manusia busuk!" tantangnya.
Setelah itu Kanjeng kembali melancarkan serangan energi ke arah kepala. Secara serentak dua dukun pembantu menyerang ke arah punggung. Beberapa saat kemudian, terjadi hal mengerikan. Perempuan itu memuntahkan gumpalan jerami kering dan serpihan kayu, sebelum akhirnya terkulai pingsan.