Mohon tunggu...
TRI HANDOYO
TRI HANDOYO Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis esai, puisi, cerpen dan novel

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Ikrar Sang Pendekar (114): Sebuah Pembalasan

3 Desember 2024   05:23 Diperbarui: 3 Desember 2024   06:19 744
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ia memang tampak menonjol di antara teman-teman seangkatannya, tapi ia sadar sebetulnya belum cukup memiliki kemampuan untuk itu, dan bukan karena benar-benar diberikan kesempatan, ia menduga itu dikarenakan memang kekurangan pelatih.

"Tugas ini dimaksudkan agar kamu bisa belajar memimpin orang!" pesan Guru Lintang sesaat setelah pengesahan.

"Terima kasih atas kepercayaan yang diberikan kepada saya, Guru!" jawab Lahar dengan wajah dipenuhi rasa bangga.

Ia senang mendapat beberapa fasilitas sebagai seorang pelatih, termasuk kamar tidur pribadi, juga kini lebih dihormati oleh teman-teman seangkatan.

Sejak menjadi pelatih, komunikasinya lebih banyak dengan Ki Wisang. Di padepokan, Ki Wisang menduduki posisi ketiga setelah Guru Lintang dan Putri Arum. Cukup tinggi.

Selama itu juga, Lahar mulai sering mendapat teguran dari Ki Wisang. Banyak sekali kesalahan-kesalahan yang harus ia benahi. Semua gerakan jurus yang dulunya bisa dimaklumi, kini salah dan menjadi persoalan yang serius.

Saat itu ia baru menginjak usia sembilan belas tahun. Rentang masa belajar selama tiga tahun di situ adalah durasi paling minim dibanding pelatih-pelatih lain, yang rata-rata melatih setelah menempuh latihan di atas lima tahun. Ia pelatih berusia termuda.

Yang menyedihkan, Guru Lintang terasa mendiamkan, tak pernah membelanya. Lahar merasa telah ditelantarkan begitu saja.

Suatu saat Ki Wisang, lelaki tua yang terkenal ceriwis itu, menghardiknya dengan keras, "Kamu jangan asal melatih! Kamu sadar nggak kalau gerakan-gerakanmu banyak yang keliru?"

Lahar merasa Ki Wisang selalu mencari-cari kesalahan agar bisa memarahinya.

"Ingat satu hal lagi, kenapa kau bermalas-malasan di sini? Siapa yang memberimu hak bersantai, makan minum, dan istirahat seenaknya? Apa itu yang kau sebut pengabdian?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun