Mohon tunggu...
TRI HANDOYO
TRI HANDOYO Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis esai, puisi, cerpen dan novel

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Ikrar Sang Pendekar (114): Sebuah Pembalasan

3 Desember 2024   05:23 Diperbarui: 3 Desember 2024   06:19 742
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Demi sebuah pengakuan agar aku disebut sebagai anak yang patuh dan bisa membahagiakan orang tua!" jawabnya ringan tanpa sikap yang dibuat-buat.

"Berarti kamu tidak mencintai aku?"

"Hm.., Aku suka kamu!"

"Ya..lepas!" Kencana sengaja melepas capung yang tadi diterimanya dan pura-pura merasa kehilangan. "Lebih cantik mana aku dibanding Alya?"

"Kalian sama-sama cantik. Tapi dia lain. Aneh! Ada sesuatu yang membuat aku selalu merasa damai ketika melihatnya!"

"Sudah mau malam," seru Kencana. "Aku mau masuk."

"Kau marah karena capungnya lepas ya?"

Kekesalan Kencana seakan menumpuk, tapi ia bisa bersabar dan memaklumi. Kepahitan hidup masa kecil suaminya itu yang membuat dia menjadi sangat dingin, nyaris kepada semua hal.

"Mau aku tangkapkan lagi?"

"Gak usah! Kangmas, apa kamu tidak ingin kita punya rumah sendiri? Hanya tinggal berdua dan dengan anak-anak kita nantinya?"

"Kamu tidak suka tinggal di sini?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun