Kemunculannya yang pertama dan langsung menggemparkan dunia persilatan terjadi ketika Majapahit di bawah kepemimpinan Dyah Ranawijaya digempur oleh Demak.
Pasukan Demak dipimpin oleh Sultan Trenggana yang baru menginjak usia tujuh belas tahun. Seorang tokoh yang memiliki jiwa patriotisme luar biasa. Di samping itu ia juga lihai membakar semangat pasukannya. Terbukti, serbuan pasukannya bagaikan badai puting beliung yang tak terbendung.
Pintu gerbang kotaraja Daha jebol, dan pertahanan terakhir sudah akan mencapai benteng istana. Tiba-tiba muncul sosok manusia bertopeng gedek, topeng terbuat dari anyaman bambu, yang meloncat ke sana-ke mari merobohkan setiap orang yang sedang bertarung.
"Berhenti..!" teriaknya lantang di tengah aksi menebar maut, "Berhenti..!"
Tentu saja kejadian itu membuat semua orang tercengang. Heran sekaligus kagum. Belum pernah di belahan dunia manapun, ada seseorang yang mencoba menghentikan peperangan yang tengah berlangsung sengit.
"Benar-benar edan..!" gumam para prajurit yang menyaksikannya, sulit mempercayai pandangan mata mereka sendiri.
"Berhenti atau aku terpaksa hentikan dengan caraku sendiri!" teriak pendekar bertopeng gedeg yang dari suaranya jelas ia masih muda.
Satu per satu pasukan dari kedua belah pihak telah roboh di tangannya. Menjadi mayat. Kedua pihak yang tengah bertempur itu terpaksa berhenti dan sesaat memilih mundur. Mereka semua tertegun menyaksikan betapa pendekar muka gedeg itu kemudian dengan santainya menumpuk mayat-mayat di tengah pelataran. Mungkin ratusan jumlahnya.
Di dunia persilatan belum pernah ada yang kenal siapa sebenarnya sosok pendekar bertopeng gedeg itu. Sebuah misteri yang membuat siapa pun menjadi penasaran. Tidak sedikit yang berusaha keras menggali informasi untuk menguak misteri itu. Sebuah keuntungan besar bagi yang berhasil mengambil hati pendekar yang sangat sakti itu agar bersedia berada di pihaknya. Akan tetapi, semenjak kemunculannya beberapa tahun silam sampai sekarang belum ada yang berhasil mendapatkan jawabannya. Dunia persilatan hanya mengenalnya dengan julukan Iblis Muka Gedeg.
Seiring berjalannya waktu, ia kemudian sering mendengar obrolan masyarakat yang menyebutkan bahwa hanya ada satu orang di muka bumi ini yang mampu menandingi kesaktian dirinya, yakni, Lintang Kejora alias Pendekar Pedang Akhirat. Itulah awal mula ia merasa penasaran dengan pendekar yang ternyata juga sebagai pembunuh ayahnya.
'Ayah, aku berjanji untuk melakukan sesuatu yang bakal betul-betul membuat ayah bangga!' janji Kebo Klebat penuh keyakinan, 'Aku akan mengirim Pendekar Pedang Akhirat secepatnya menuju akhirat! Pasti!'