Sedangkan Lintang tahu dari pengakuan Manggala sendiri, bahwa Gandung yang memukul dadanya saat ia sabung dengan Ghandi.
***
Sekitar jam satu malam. Suasana begitu hening. Di sebuah gubuk di Tengah hutan, Lintang dan Cak Japa duduk menghadap Mbah Kucing. Mereka sedang membahas peristiwa yang belakangan menggemparkan Jombang.
"Tampaknya di Jombang telah berkumpul begitu banyak orang sakti! Ada kelompok Dewandaru yang bekerja sama dengan Ki Wiryo dan Ki Kalong Wesi!" kata Mbah Kucing.
Lintang kaget mendengar itu. Padahal ia tadinya akan menceritakan bahwa dia telah berhasil menangkap seorang penyusup dan mengorek banyak informasi darinya. Ternyata Mbah Kucing telah mengutarakan hal itu lebih dulu.
"Ki Kalong Wesi dan semua anggota kelompoknya harus ditumpas!" kata Lintang seolah mencari dukungan dari Cak Japa dan Mbah Kucing atas pemikirannya itu. "Saya akan menumpas habis mereka!"
Cak Japa menimpali, "Tidak semuanya, Lintang!"
"Ki Kalong Wesi dan kelompoknya sudah bukan manusia lagi. Mereka itu iblis keparat yang tidak punya peri kemanusiaan, jadi tidak pantas dikasihani!"
"Kamu salah Lintang!" kata Mbah Kucing, "Sejahat apapun manusia itu tetap manusia. Sekalipun perbuatannya melampaui iblis, mereka tetap manusia yang layak mendapat kesempatan untuk dikasihani!"
Lintang mengganti posisi duduk dan berkata sambil mengangkat kedua tangannya di depan dada. "Mohon maaf, Mbah Guru. Saya benar-benar kaget. Memberi maaf orang-orang jahat menurut saya sama artinya dengan membiarkan kejahatan, siapa kira Panjenengan justru menganggap aku yang salah. Mohon penjelasan agar terbuka pikiran saya!"
Mbah Kucing menjawab tenang, "Lintang, kamu seorang yang selama ini dikenal berbudi pekerti luhur dan penuh belas kasih, akan tetapi agaknya itu belum cukup untuk mampu mengasihi musuh-musuhmu!"