Mohon tunggu...
TRI HANDOYO
TRI HANDOYO Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis esai, puisi, cerpen dan novel

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Ikrar Sang Pendekar (97): Pendekar Sejati

27 Oktober 2024   05:12 Diperbarui: 27 Oktober 2024   09:43 801
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di sisi lain, Lastri sangat kewalahan menghadapi Warsito yang begitu bernafsu ingin menghabisinya. Hebat sekali ilmu pemuda itu, kedua tangannya telah digembleng dengan keras, gerakannya cepat dan penuh tenaga dalam. Sekali lawan kena cengkeraman tangannya, pasti dagingnya robek dan tulangnya remuk. Baju Lastri sudah terkoyak di sana-sini.

Ketika wanita itu fokus pada serangan Warsito sambil menangkis pedang Dewan, tahu-tahu punggungnya terkena tendangan keras Ki Wiryo dan ia terhuyung-huyung nyaris jatuh. Sebelum posisinya siap dia kembali menerima pukulan Warsito, membuat ia tersungkur, sempat muntahkan darah segar, namun dia menekan dada dan segera bangkit untuk kembali menerjang lawan-lawannya.

"Tidak! Lastri, demi menyelamatkan anak kita, kita harus tetap hidup!" teriak Mahesa sambil mencoba mendekati Lastri. Pedang yang tergenggam erat-erat di tangannya sudah siap untuk melindungi istrinya yang terdesak itu. "Kita tidak boleh kalah!"

"Cak Mahes, maafkan aku!" kata Lastri. Namun di dalam hati ia tetap berdoa semoga suaminya itu mampu bertahan dalam pertarungan yang memang sangat berat sebelah. "Aku sudah tidak kuat!"

"Lastri, kita berdua pasti mampu mengalahkan pengecut-pengecut ini!"

Ketika pedang Dewan menyambar dari samping, Mahesa menangkis sambil menyelinap maju dan tahu-tahu pedangnya sudah melanjutkan tenaga benturan itu dan berubah menjadi tusukan ke arah lambung. Dewan dapat menangkis pula namun ia terpaksa dibuat terhuyung-huyung mundur beberapa jengkal. Mahesa berdiri di samping Lastri, dikepung enam orang.

Harus dipuji juga keuletan Mahesa, pedangnya yang digerakkan dengan tenaga besar menyambar-nyambar ganas. Lastri yang terluka itu mulai lambat gerakan-gerakannya, tapi wanita yang sedang hamil muda itu tidak mau menyerah mentah-mentah, dan terus nekat untuk bertarung mati-matian.

Saat itu pedang Mahesa berhasil menyabet perut Pendekar Cebol sampai membuat ia tanpa ampun lagi harus minggir. Namun di saat bersamaan sebuah cengkeraman Warsito mengenai dada Lastri dan wanita itu roboh dengan luka menganga.

Mahesa mencoba mendekati tubuh istrinya yang tergelak sekitar tiga meter darinya, tapi ia sekarang dikepung lima orang. Repot juga, apa lagi perasaannya diliputi kegelisahan karena Lastri tampaknya tidak bergerak lagi. Tidak mungkin untuk membantu istrinya karena dia sendiri sedang dihujani serangan-serangan maut.

Mahesa menyerang Ki Wiryo. Mantan demang itu cepat menangkis dan inilah kesalahannya, karena kehebatan serangan Mahesa hanya sebagian saja terletak pada sambaran pedang itu, sedangkan sebagian lagi terletak pada tangan kirinya yang secepat kilat sudah mengirim pukulan maut ke arah pinggang. Ki Wiryo terbanting. Warsito mencoba melindungi ayahnya, tapi ia ceroboh karena pedang Mahesa telah menusuk deras dan berhasil menembus lehernya hingga tembus. Pendekar Cakar Macan itu jatuh dan tidak mampu bangkit untuk selamanya.

Mahesa punya kesempatan meloncat mendekati tubuh istrinya. "Lastri..! Lastri..!" panggilnya berulang kali. Ia memeriksa tubuh yang telah dingin dan sudah tak ada lagi denyut nadinya. "Lastriii..!" Geledek menggelegar memecah langit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun