Mohon tunggu...
TRI HANDOYO
TRI HANDOYO Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis esai, puisi, cerpen dan novel

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Ikrar Sang Pendekar (97): Pendekar Sejati

27 Oktober 2024   05:12 Diperbarui: 27 Oktober 2024   09:43 801
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mahesa dan Lastri kabarnya sudah tidak lagi menyebut Lintang dan Arum dengan sebutan guru. Di depan orang-orang mereka berani menyebut namanya saja, tidak peduli sikap itu dianggap sebagai bentuk durhaka.

Padepokan Benteng Sejati tidak lagi mau dikait-kaitkan dengan Padepokan Benteng Nusa. Bahkan Mahesa dan Lastri juga tidak bergabung dengan organisasi Ikatan Pendekar Jawa di bawah pimpinan Lintang Kejora.

***

Malam itu begitu mencekam. Tiba-tiba terdengar suara beberapa langkah kaki kuda memasuki pekarangan. Tidak lama kemudian ada suara seseorang yang meminta Mahesa agar keluar.

Mahesa yang baru akan tidur mengintip dari cela daun pintu. Tampak belasan orang di atas kuda berjajar di halaman depan rumah. Lastri terbangun dan ikut mengintip. Betapa terkejut mereka ketika mengenali beberapa wajah di antara tamu-tamu tak diundang itu. Ada mantan demang Ki Wiryo dan putranya, Warsito. Kemudian mereka juga mengenali Pendekar Golok Maut, Ki Bajul Brantas dan Pendekar Cebol. Sedangkan sisanya tidak mereka kenal.

"Mau apa mereka malam-malam datang ke sini?" tanya Lastri dengan cemas. "Apa mereka mau balas dendam?"

"Ya, aku pikir pasti begitu!" jawab Mahesa, "Lastri, ingat kamu sedang hamil, lebih baik selamatkan dirimu dan Gala! Pergilah ke guru dan tunggulah aku di sana. Aku akan lebih leluasa menghadapi mereka dari pada harus melihat kalian ikut terancam bahaya!"

"Pergi ke guru?" tanya Lastri dan ada nada penyesalan di sana.

"Iya!"

"Cak Mahes menyuruh aku pergi? Tidak, aku tidak akan meninggalkanmu. Biar mati asal bersamamu," kata Lastri dengan nekat. "Aku tidak mungkin membiarkanmu menghadapi bahaya sendirian. Bahaya ini harus kita hadapi bersama! Kau adalah suamiku. Andai kamu membawahku ke jurang neraka sekali pun, aku akan tetap menyertaimu! Mari kita lawan mereka sampai tetes darah penghabisan!"

Kata-kata itu segera membakar semangat Mahesa. Dia merasa bangga, ternyata Lastri benar-benar seorang istri setia dan telah membulatkan tekat untuk mati bersama. Mereka membangunkan Gala dan menyuruh anak kecil itu untuk bersembunyi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun