"Maaf, kami merasa tidak mampu menjalankan tugas kami dengan baik, Guru!"
"Ya, namanya saja masih tahap belajar!" ujar Lintang dengan nada datar dan mimik wajah ramah. "Untuk menjadi pendekar besar, tidak cukup keras dalam hal fisik saja, tapi juga mental. Harus dengan kesabaran dan ketelatenan!"
Angin mengiringi suara serangga yang segera menyambut kehadiran malam, yang kali ini terdengar bagaikan nyanyian bidadari surga.
"Sebenarnya kalian punya bakat dan semangat yang luar biasa. Nah, Guru Arum itu sedang menggembleng mental kalian! Dia bilang kalian berdua adalah murid kebangaan Benteng Nusa!"
Mahesa dan Lastri mulai berani mengangkat wajah. Mereka seperti kembali dihidupkan. Kini hati mereka berjanji akan menerima segala gemblengan dengan lapang dada.
Ya, berkat Lintang yang dengan lemah lembut membujuk istrinya, akhirnya Arum memaafkan kedua murid terbaik Benteng Nusa itu. Arum sebetulnya juga menyadari bahwa tindakan kedua muridnya membunuh anak buah Ki Demang itu tidak sepenuhnya salah.
***
Lintang Kejora adalah tokoh termuda pewaris tunggal Ilmu Silat Pedang Akhirat. Ada pun istrinya, Arum Naga, adalah puteri tunggal Mpu Naga Neraka pendiri Perguruan Benteng Naga. Dengan demikian, sepasang suami isteri pendekar itu mempunyai cita-cita besar untuk mengembangkan ilmu kepandaian mereka dan menyebar luaskannya kepada masyarakat.
Cita-cita mulia itu membuat mereka mengambil keputuskan untuk memperluas dan memperbesar padepokan, kemudian menerima dan menyeleksi anak-anak berbakat terutama dari anak-anak telantar, untuk dijadikan murid mereka. Itulah sumbangsih mereka sebagai modal investasi dalam upaya pembasmian kejahatan di muka bumi.
Perguruan Benteng Nusa merupakan salah satu perguruan silat terbesar yang ada di Jawa. Bahkan dapat dikatakan bahwa perguruan itu adalah yang paling makmur, mempunyai tanah yang luas, gedung pertemuan yang besar, dan puri megah dengan perabotan-perabotan rumah yang lengkap, serta mengelola wadah yang disebut Tim Tujuh, yang khusus menyalurkan bantuan kepada kaum fakir miskin agar harkat dan martabat mereka terangkat menjadi lebih baik.
Padepokan itu juga memiliki posisi politik semakin kuat karena banyak para pejabat pemerintahan dan para bangsawan yang berusaha menjalin hubungan baik dengan mereka. Baik dari Kesultanan Demak maupun dari Kerajaan Daha.